Mengenal Pondok Tengah di Trenggalek yang Berusia Lebih 2 Abad
- Madchan Jazuli/Viva Jatim
Selepas itu, kepemimpinan Pondok dilanjutkan oleh KH M. Mahmud Ihsan, putra KH Ihsan dibantu adik iparnya yang bernama Kiai Nafi yang populer dengan sebutan Kiai Jumadi. Pada waktu ini, Pondok Tengah pernah dijadikan pusat pembinaan dan pengembangan kader kader Pemuda ansor untuk ikut serta menumpas pemberontakan G30S PKI pada tanggal 12 Juli 1996 atau 26 Safar 1417 H.
KH Mahmud Ihsan wafat maka kepemimpinan langsung dilanjutkan oleh putranya yaitu KH Masrukhin Mahmud bersama Kyai Haji Toha Munawar, putera pertama H Sidiq atau kakak ipar KH Muhammad Mahmud Ihsan dan Kyai Fakhrudin Nafi putra kedua Kiai Jumadi.
Pada tanggal tahun 2010 adalah tahun yang meninggalkan banyak catatan dan goresan kisah pada lempeng sejarah keberadaan Pondok Tengah, KH Fakhrudin Nafi berpulang. Tujuh tahun berikutnya, KH Toha Munawwar juga menghadap ke hadiratNya.
Salah satu pengasuh Pondok Tengah, KH Bahauddin Nafi'i menjelaskan model pesantren salafiyah masih tetap dipegang oleh dzurriyah. Hal tersebut sesuai pesan dari KH Mahmud Ihsan, tipe model pendidikan dipertahankan seperti ini.
"Sekalipun ada era baru, era baru hanya sekedar pelengkap kesalafiyahannya tetap dipertahankan sesuai wasiat dari Kiai Ihsan," bebernya.
Gus Baha' sapaan akrab KH Bahauddin Nafi'i pernah mewawancara alumni yang sudah sepuh sekarang sudah meninggal. Seperti Kiai Yunus dan Kiai Ali Murtadho, pondok pesantren tetapi sifatnya jiping (ngaji kuping) seperti kuliah. Pada saat itu jarang sekali ngaji kitab, karena masyarakatnya masih umum.
"Barulah setelah kemerdekaan baru mulai ada tertib pengajian Kitab Kuning sampai sekarang. Prakiraan sebelum tahun 50-an kemudian ketika Gejolak G30S PKI sekarang masih banyak saksi yang memberikan dan menyaksikan sendiri disini menjadi pusat informasi dari teman-teman Ansor, khususnya di lingkup Durenan dan Kamulan," tambahnya.
