Pulau Gili Labak Sumenep, Berawal dari Sarang Tikus Kini Mempesona

Pulau Gili Labak Sumenep
Sumber :
  • IST/Viva Jatim

Di balik keindahannya, ternyata tempat ini juga memiliki cerita miris yang dialami oleh masyarakatnya.Salah satu warga yang tinggal di Pulau Gili Labak Sumenep Madura  mengatakan meskipun  di Gili Labak terdapat banyak pohon kelapa, tapi untuk berjualan Ia tetap mendatangkan kelapa dari Sumenep.

Polda Jatim Pastikan Pemungutan Suara Pemilu 2024 di Sampang Berjalan Lancar

Hal itu disebabkan karena pohon kelapa di Pulau Gili Labak sudah tidak berbuah, karena banyak yang rusak.Semenjak dipromosikan sebagai destinasi wisata di Sumenep, keberadaan wisatawan memang sangat membantu kehidupan warga yang tinggal di Gili Labak.

Sebelum tempat ini populer, kehidupan mereka hanya sebagai petani dan juga nelayan. Petani pun hanya musiman jika saat musim hujan saja, dan yang bisa ditanam hanya jagung dan singkong.

Viral Ricuh Surat Suara Tercoblos di Sampang, Ini Kata Polda Jatim

Kesulitan perekonomian juga berimbas terhadap pendidikan anak – anak yang tinggal di Gili Labak. Banyak anak – anak di Pulau Gili Labak yang putus sekolah karena sekolah jauh, harus menyeberang ke Pulau Talango selama 1 jam perjalanan.

Warga pun banyak yang tidak betah tinggal Pulau Gili Labak karena kesulitan mendapatkan air tawar. Ada yang sudah mencoba melakukan pengeboran tetapi hasil yang didapat adalah air payau bahkan air asin.

Hari Tenang, Forpimka dan PPK Gapura Sumenep Gelar Senam Bersama

Alhasil untuk mendapatkan air bersih warga Gili Labak harus membeli dari pulau lain dengan mengirimkan jerigen ke kapal nelayan dengan biaya Rp. 5.000 per jerigen. Dari penuturan seorang traveler juga menyebutkan listrik di Gili Labak saat ini hanya hidup ketika malam hari saja, pada siang hari kita tidak dapat menikmati aliran listrik.

Walaupun pulau ini terbilang kecil dan cukup jauh dari Kabupaten Sumenep, ternyata sudah dihuni oleh beberapa kelompok masyarakat. Awalnya ada sekitar 35 Kepala Keluarga (KK) yang menetap di Gili Labak, namun saat ini diperkirakan hanya tersisa 25 KK saja yang menetap, sisanya sudah merantau.