Mengawal Ekosistem Pertembakauan dari Elemen Hulu-Hilir dalam Penyusunan Regulasi
- Viva Jatim/Madchan Jazuli
Suryana mengutarakan selama ini di tataran bawah yaitu petani ini selalu mengikut dan manut sama peraturan. Tapi yang mereka rasakan justru pemerintah seperti tidak hadir, serta tidak melindungi petani.
"Indonesia merupakan negara agraris namun petaninya mau bercocok tanam, budidaya tembakau, akan dilarang. Jadi, sebenarnya di mana peran pemerintah?," tanya Suryana.
Lain halnya Ketua Gabungan Produsen Rokok Putih Indonesia (Gaprindo), Benny Wahyudi menjelaskan sekarang industri hasil tembakau (IHT) dalam kondisi yang sedang tidak baik-baik saja.
IHT sebagai industri yang kompleks, selalu dikelilingi oleh regulasi yang lambat laun mematikan rokok sebagai produk legal. Padahal penerimaan negara masih bersandar dari cukai hasil tembakau (CHT).
"Melalui regulasi yang eksesif, termasuk penetapan kebijakan fiskal (kenaikan CHT) yang selalu tinggi, tidak serta merta prevalensi perokok turun. Alhasil, rokok ilegal semakin marak, yang pada akhirnya berdampak pada penerimaan negara," beber Benny.
Sementara, Ketua Gabungan Perusahaan Rokok (Gapero), Sulami Bahar merasa resah bahwa kondisi saat ini sangat berat bagi IHT, khususnya bagi segmen sigaret kretek tangan (SKT).
Meskipun mengalami pertumbuhan yang bagus, akan tetapi dengan kepungan regulasi yang ada, pabrikan SKT, khususnya industri kecil, beban menjadi berat. Ia sangat takut. Lambat laun, akan habis perusahaan SKT kecil yang sedang berjuang untuk bertahan.