Mengawal Ekosistem Pertembakauan dari Elemen Hulu-Hilir dalam Penyusunan Regulasi

Ketua Umum AMTI, I Ketut Budhyman.
Sumber :
  • Viva Jatim/Madchan Jazuli

Suryana mengutarakan selama ini di tataran bawah yaitu petani ini selalu mengikut dan manut sama peraturan. Tapi yang mereka rasakan justru pemerintah seperti tidak hadir, serta tidak melindungi petani. 

Harga Bagus, Hasil Tak Mulus Petani Tembakau Tulungagung

"Indonesia merupakan negara agraris namun petaninya mau bercocok tanam, budidaya tembakau, akan dilarang. Jadi, sebenarnya di mana peran pemerintah?," tanya Suryana. 

Lain halnya Ketua Gabungan Produsen Rokok Putih Indonesia (Gaprindo), Benny Wahyudi menjelaskan sekarang industri hasil tembakau (IHT) dalam kondisi yang sedang tidak baik-baik saja.

97 Persen Pekerja IHT di Jatim dari Kaum Hawa, Jadi Tulang Punggung Keluarga

IHT sebagai industri yang kompleks, selalu dikelilingi oleh regulasi yang lambat laun mematikan rokok sebagai produk legal. Padahal penerimaan negara masih bersandar dari cukai hasil tembakau (CHT).

"Melalui regulasi yang eksesif, termasuk penetapan kebijakan fiskal (kenaikan CHT) yang selalu tinggi, tidak serta merta prevalensi perokok turun. Alhasil, rokok ilegal semakin marak, yang pada akhirnya berdampak pada penerimaan negara," beber Benny. 

Diguyur Hujan, Ratusan Hektar Tanaman Tembakau di Kabupaten Tulungagung Rusak

Sementara, Ketua Gabungan Perusahaan Rokok (Gapero), Sulami Bahar merasa resah bahwa kondisi saat ini sangat berat bagi IHT, khususnya bagi segmen sigaret kretek tangan (SKT).

Meskipun mengalami pertumbuhan yang bagus, akan tetapi dengan kepungan regulasi yang ada, pabrikan SKT, khususnya industri kecil, beban menjadi berat. Ia sangat takut. Lambat laun, akan habis perusahaan SKT kecil yang sedang berjuang untuk bertahan. 

Halaman Selanjutnya
img_title