Wakil Ketua Komisi E DPRD Jatim Sebut Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak Dilakukan Orang Terdekat

Wakil Ketua Komisi E DPRD Jawa Timur Hikmah Bafaqih
Sumber :
  • A Toriq A/Viva Jatim

Jatim –Banyaknya kekerasan pada perempuan dan anak di Jawa Timur masih menjadi momok yang meresahkan masyarakat. Tercatat  dalam dataindonesia.id, Jatim menjadi provinsi tertinggi kasus kekerasan pada anak dan perempuan yakni 2.136 orang. 

Tampang Melas 2 Tersangka Pemerkosa Gadis ABG di Bawean Gresik

Posisi setelahnya ditempati oleh Jawa Tengah dan Jawa Barat dengan perempuan yang menjadi korban kekerasan berturut-turut sebanyak 2.111 orang dan 1.819 orang.

Menurut Wakil Ketua Komisi E DPRD Jatim, Hikmah Bafaqih, dirumuskannya, pelaku kekerasan, khususnya kekerasan seksual pada anak dan perempuan terjadi pada lingkup kecil yang pelakunya merupakan orang terdekat. 

Kompak! Pemprov dan 38 kabupaten-kota Se Jatim Raih WTP 2 Tahun Berturut-turut

"Dilakukan oleh siapapun rumusnya oleh orang terdekat. Kekerasan seksual dengan korban anak itu 98% nyalah dilakukan oleh orang-orang terdekat," kata Hikmah dalam podcast indrapura, Jumat 3 Maret 2023.

Politisi PKB ini katakan, sejauh kasus kekerasan seksual yang ia tangani, jarang sekali korban dijahatin oleh orang jauh bahkan tidak mereka kenal. Maka ia katakan tidak heran jika pelaku kekerasan seksual adalah seorang guru, kakak atau bahkan oleh orang tuanya sendiri.

Pemkot Surabaya Gandeng Kampus NU Unusa Kelola Bozem dan Taman di Tenggilis

"Amat sangat jarang anak-anak itu mendapatkan kekerasan seksual dari orang yang baru dan tidak mereka kenal. Selalu ada modus di mana mereka percaya dulu. Oleh siapapun orang yang bisa jadi dihormati, bisa jadi secara strata sosial seharusnya menjadi pelindung anak, tapi kemudian justru menjadi predator," kata Ketua Perempuan Bangsa Jatim ini. 

Hikmah melanjutkan selain dilakukan oleh orang terdekat, pelaku kekerasan seksual cenderung memiliki relasi kuasa yang kuat dan power yang lebih dibandingkan si korban.

"Kekerasan seksual kepada anak yang terjadi itu karena relasi kuasa yang tidak seimbang, antara pelaku dan korban. Pelaku memiliki relasi kuasa yang lebih atas anak, dalam kasus bulying misalnya. Relasi kuasa yang tidak seimbang itu bisa ditarik ke semua kasus kekerasan pada anak dan perempuan," tuturnya. 

Namun dari sekian kasus yang ada, ia katakan, relasi hubungan pacaran masih mendominasi ketimbang relasi hubungan yang lain. Kendati kasus berpacaran ini tidak begitu mencuat sebagaimana kasus-kasus yang viral saat ini. 

"Kekerasan seksual dalam relasi perpacaran itu terbesar,  sekalipun jarang diungkit karena tidak se seksi jika dibanding pelakunya guru, atau pelakunya kiai. Namun jika dipersentase pelaku terbanyak dilakukan oleh pacar," ujarnya.