Polemik Bagi-bagi Amplop Said Dinilai Cederai Sakralitas Masjid
- Nur Faishal/Viva Jatim
"Saya menyebut [aksi itu] sebagai profanisasi masjid. Dimana masjid yang tadinya berfungsi sebagai tempat ibadah dan memusyawarahkan masalah keumatan, berubah menjadi ajang tindakan politis layaknya ruang-ruang lain yang bersifat profan," ungkap Kiai Dardiri, sapaan lekatnya, kepada Viva Jatim, Rabu, 29 Maret 2023.
Menurutnya, amplop yang berisi uang lengkap dengan lambang partai dan gambar tokoh politisi sudah cukup dikatakan sebagai tindakan politik. Apalagi menggunakan masjid yang seharusnya tidak dicampuri dengan kepentingan-kepentingan lain.
"Ada duit di situ, ada gambar partai, ada gambar politisi. Itu sudah cukup kegiatan ini disebut sebagai tindakan poitik. Masjid berubah fungsinya sebagai tempat profan, hilang sakralitasnya sebagai rumah ibadah," imbuhnya.
Moralitas Politik Sulit Berkembang
Kiai Dardiri juga menyebut bahwa aksi yang dilakukan di bulan Ramadan itu membuat moralitas politik kian sulit berkembang. Sebab di dalamnya ada upaya menarik simpati masyarakat dengan menggunakan kekuatan ekonomi.
Demokrasi liberal, begitu Kiai Dardiri menyebut, acapkali menjadikan uang sebagai kekuatan ampuh menarik suara rakyat. Saat ini, cara yang demikian dilakukan untuk tetap melanggengkan posisinya di kursi-kursi tertentu.
"Moralitas dalam demokrasi liberal dimana sumber-sumber ekonomi politik dikuasai segelintir orang susah berkembang. Mereka menggunakan sumber-sumber ekonomi politik untuk memapankan posisinya kembali dengan membagi-bagi duit buat rakyat," tegasnya.