Berkat Program Kementan, Panen Raya di Jatim Sukses

Ilustrasi pertanian.
Sumber :
  • vstory/viva.co.id

Jatim – Saat ini di beberapa tempat di Indonesia telah memasuki musim panen untuk berbagai macam jenis pertanian, walaupun terdapat juga wilayah yang justru telah memulai musim tanam kembali. Musim panen inilah yang dirasakan oleh para petani di Jawa Timur (Jatim).

Hadapi Kejuaran Dunia MMA 2024, Atlet Muda Indonesia Disiapkan Sejak Dini

Produktivitas musim panen para petani di Jatim pun tidak terlepas dari peranan berbagai macam pihak termasuk pemerintah yang memberikan beragam bantuan untuk petani agar mendapat hasil panen yang melimpah.

Meningkatnya produktivitas hasil panen ini turut dirasakan oleh Muflihatun yang terbantu berkat salah satu program Kementerian Pertanian (Kementan) yakni bantuan Unit Pengelolaan Pupuk Organik (UPPO). 

Pj Gubernur Adhy Karyono: Jawa Timur Rumah Nyaman bagi Semua Etnis dan Agama

"Saya sebelumnya biasanya pakai pupuk kimia, karena simpel. Tapi efeknya pada tanah jadi rusak, dan berakibat pada panen juga rusak. Tapi saya coba pakai pupuk organik, hasil panennya bagus dan efek pada tanah juga bagus," kata Muflihatun, salah satu petani asal Desa Lebak, Kabupaten Gresik, kepada Viva Jatim, Kamis, 13 April 2023.

Petani yang juga merupakan Ibu dua anak itu mengaku saat ini mulai beralih menggunakan pupuk organik, setelah mendapatkan penjelasan dari penyuluh dan bantuan program UPPO tersebut. Dengan beragam manfaat yang bisa dirasakan apabila menggunakan pupuk organik, maka Muflihatun pun mantap untuk meninggalkan pupuk kimia.

Tampang Melas 2 Tersangka Pemerkosa Gadis ABG di Bawean Gresik

"Mungkin petani yang belum pernah pakai pupuk organik bakal pikir-pikir, tapi kalau sudah mencobanya pasti pakai organik terus. Sehingga petani tidak lagi bergantung menunggu bantuan pupuk subsidi dari pemerintah," ujarnya.

Menurut Muflihatun, membuat pupuk organik cukup mudah dengan biaya yang ekonomis. Bahan bakunya juga mudah didapat disekeliling para petani, misalnya dari kotoran sapi. Caranya, kotoran sapi diracik dicampur dengan arang sekam, jerami, dedaunan, air secukupnya dan lima sendok makan gula pasir dan EM4.

Dia mengaku puas dengan hasil pertaniannya setelah menggunakan pupuk organik di lahan seluas 0,16 hektare. Dari hasil panennya, produksi padinya mencapai sekitar 7,89 ton/Ha GKP (Gabah Kering Panen), berbanding sebelumnya yang hanya 4,96 ton saat menggunakan pupuk kimia.

Lain halnya dengan, Heru Rusiyanto, anggota gabungan kelompok tani (Gapoktan) Surangganti di Desa Gladag, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi. Dia mengaku produksi pertaniannya meningkat setelah mendapat bantuan alat dan mesin pertanian (Alsintan) dari pemerintah.

"Alsintan tentu dirasakan manfaatnya, karena mulai dari pengolahan sampai tahap panen dan pascapanen sangat membantu proses panen," ujarnya.

Heru menyebut produktivitas hasil panen padinya meningkat. Misalnya luasan lahan 6000 meter persegi miliknya, sebelumnya hanya dapat 30 karung, atau 3,3 sampai 3,6 ton padi.

"Tapi sejak pakai alsintan bisa dapat 5-6 ton, karena proses tanam jadi lebih cepat, lebih maksimal dibanding manual tanpa alsintan," tutupnya.

Seperti diketahui, menjelang lebaran kebutuhan akan bahan pokok untuk masyarakat mengalami peningkatan signifikan. Untuk itulah ketersedian pangan menjadi fokus utama pemerintah agar memenuhi kebutuhan yang tinggi tersebut. Hal ini yang diungkapkan oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Ali Jamil kepada media.

"Agar ketersediaan aman, maka produktivitas pertanian juga harus digenjot. Kami memiliki program untuk mendukung petani seperti kredit usaha rakyat (KUR), alat dan mesin pertanian (alsintan), irigasi pertanian, pupuk subsidi dan lain sebagainya," tandas Ali.