Intip Upacara Adat Ulur-ulur di Tulungagung, Lestarikan Sumber Air hingga Ratusan Tahun

Suasana Upacara Adat Ulur-ulur d Telaga Buret
Sumber :
  • Madchan Jazuli/ Viva Jatim

"Kami juga melakukan tindakan action, dengan cara menjaga dan melindungi menjaga tanaman reboisasi setiap tahun," jelasnya.

8 Jalur Perlintasan KA Sebidang di Tulungagung Diusulkan Pembangunan

Pegiat lingkungan hidup ini menjelaskan memang nenek moyang terdahulu juga meninggalkan kebudayaan secara mitosis. Seperti dalam menjaga lingkungan dari dulu memang tidak boleh mengambil ranting di sekitar Telaga Buret. Jika melanggar, akan mendapatkan sesuatu yang tidak diinginkan pada waktu itu.

Karsi Nero mengungkapkan, dengan cara itulah nenek moyang mengembangkan kelestariannya. Sebab belum ada hukum tertulis pada waktu itu, sehingga adanya hukum adat yang berjalan. Siapa yang mengganggu akan mendapat kesialan dan seterunya.

Jelang Lebaran, Jasa Permak Baju di Tulungagung Kebanjiran Orderan

"Ada yang sampai rumah kesurupan, mencicil jika mengambil ranting hasil di alam. Bahkan sekarang ranting yang jatuh tidak mau mengambil, kalau ngambil ya lapor," jelasnya.

Sekilas pandangan kasat mata, Telaga Buret tampak dari balkon sebelah utara sumber berwarna hijau. Selain dalam, sekitar kubangan air yang ditumbuhi pepohonan rindang disinyalir warna air tampak lebih hijau.

Polres Tulungagung Musnahkan 2.830 Botol Miras Hasil Operasi Ketupat

Konon sumber telaga tersebut menurut Karsi Nero tak pernah surut. Pernah suatu ketika debit air berkurang lantaran diduga selain 2x tidak ada Upacara Adat Ulur-ulur, juga ada pembalakan liar di tahun 1995-1996. Efeknya berlanjut hingga 1997 hingga 1999 sumber air mulai menyusut, namun tetap saja air masih keluar dengan jumlah sedikit.