Kisah Toru Warga Jepang yang Muallaf hingga Naik Haji dengan Keluarganya
- Nur Faishal/ VIva Jatim
"Alhamdulillah, karena saya sudah menjadi muslim, tahun 1996 saya juga sudah dikhitan. Hanya saja karena sudah usia dewasa jadi agak susah prosesnya, " kenangnya malu-malu.
Menurut Toru, di Indonesia, agama merupakan bagian tak terpisahkan dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini berbeda dengan di Jepang.
"Di sana agama hanya berfungsi secara seremonial ketika seseorang meninggal. Sehari-hari tak tampak kehidupan beragama. Libur nasional karena hari raya keagamaan saja tidak ada, " jelas Toru.
Oleh karena itu Toru sangat terkesan dengan kehidupan beragama di Indonesia. Kehadiran Toru Tokoi yang merupakan mualaf ini disambut dengan hangat oleh Ketua Kloter 46, Bapak Jauhar. Ia mengapresiasi keberangkatan Toru ke tanah suci.
"Pak Toru kalau ada yang tidak dipahami, jangan ragu untuk menghubungi saya. Pak Toru sudah dipilih menjadi tamu Allah di tanah suci, insya Allah mabrur dan maqbul," ujarnya dengan ramah.
Di usianya yang sudah lebih dari 70 tahun ini, bapak satu anak ini masih aktif bermain tenis seminggu 3x. Ia mengaku tinggal menikmati masa tuanya.
"Dulu saya mengelola bimbingan belajar yang cukup besar di Jepang untuk tes masuk SMA dan universitas di Jepang. Saya juga mengajar untuk pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris," terangnya.