Demokrat Melorot di Jatim Versi SSC, Gaduh Musda Disebut Faktor Utama
- Nur Faishal/Viva Jatim
Jatim – Hasil survei Surabaya Survey Center (SSC) yang dilaksanakan pada 1-10 Agustus 2022 menyebutkan bahwa elektabilitas Partai Demokrat di mata masyarakat Jawa Timur melorot. Peristiwa gaduh Musyawarah Daerah (Musda) DPD Demokrat Jatim awal tahun lalu yang berujung pada pindahnya menantu Soekarwo, Bayu Airlangga, ke Golkar disebut sebagai faktor utama.
Hasil survei SSC menyebutkan, elektabilitas Demokrat di Jatim sama dengan elektabilitas Golkar, yakni 6,8 persen. Padahal, sebelumnya partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono itu berada di atas Beringin. “Jelas pengaruh Musda, hingga ramai-ramainya kemarin. Mundurnya Mas Bayu juga membuat internal Demokrat ini goyah," kata peneliti senior SSC Surokim Abdussalam kepada wartawan pada Rabu, 31 Agustus 2022.
Pengajar di Universitas Trunojoyo Madura itu menjelaskan, mundurnya Bayu memberi pengaruh besar terhadap merosotnya elektabilitas Demokrat. Tidak hanya itu, kepindahan menantu Soekarwo ke Golkar juga membuat Demokrat melorot dan Golkar terkerek.
"Karena Mas Bayu juga pindah ke Golkar otomatis jadi bawaannya ikut. Mas Bayu, kan, ya tokoh dengan di belakangnya ada Pakde Karwo. Gerbong kepindahan kader Demokrat ke Golkar itu juga harus diselesaikan Demokrat kalau gak ingin kehilangan ceruknya," tandasnya.
Surokim menyebut, merosotnya suara Demokrat harus bisa dimanfaatkan Golkar. "Masih ada waktu 1 tahun 6 bulan semua perkembangan masih terjadi. Tapi posisi hari ini Golkar patut menyambut baik karena bisa kompetitif terhadap Demokrat. Ini menarik irisannya sama antara Demokrat dan Golkar," jelasnya.
"Kalau kemudian ini bisa dikelola dengan baik dan di-maintenance baik, potensi Golkar nyalip dan menjauh dari Demokrat sangat besar. Apalagi Demokrat sekarang proses rekonsiliasi di internalnya," imbuhnya.
Selain Bayu, faktor M Sarmuji yang kini memimpin Golkar Jatim juga berpengaruh pada terkereknya elektabilitas Golkar. “Pak Sarmuji yang tipikal pemimpin enggak suka gaduh. Lempeng-lempeng saja, saya kira untuk partai tengah itu positif karena biasanya pemilih rasional tengah itu pemilih yang enggak suka kegaduhan," ujar Surokim.
Tentu saja, lanjut Surokim, kondisi seperti itu membuat Ketua DPD Demokrat Jatim Emil Elistianto Dardak mengemban tugas berat ke depan. "Ini pertaruhan Mas Emil bagaimana mengkonsolidasikan internal Demokrat, apa bisa mulus atau tidak. Kalau Mas Emil bisa konsolidasi dengan baik, dan merangkul faksi bersebrangan, hasilnya akan baik,” paparnya.