Cerita Gus Fahmi Tebuireng Mandi di Kampus saat Mondok di Gading 4 Tahun

Gus Fahmi usai acara temu alumni Pondok Gading
Sumber :
  • Madchan Jazuli/Viva Jatim

Gus Fahmi saat itu juga berkhidmah menjadi sopir Almaghfurlah KH Abdurrahim Yahya. Dari berkhidmah, banyak sekali yang beliau rasakan sampai menghantarkan pencapaian berhasil diperoleh.

Sudah Disiapkan Rp81 M, Pembebasan Lahan Warga Taman Pelangi Belum Beres

"Saya berusaha untuk berkhidmah dengan menjadi sopir, ternyata menjadi sopir kiai itu ada perasaan tersendiri. Katut mulyolah (ikutan mulia-lah)," bebernya.

Kiai muda yang juga mengemban amanah sebagai Ketua PCNU Jombang ini menerangkan pada tahun 1986 silam, belum banyak hiburan seperti saat ini. Sehingga satu-satunya hiburan santri waktu itu adalah menonton bioskop, masih ada Bioskop Kelud.

Indahnya Pesona Laut yang Tersimpan di Balik Bisingnya Kota Industri Gresik

Beliau mengaku santri-santri zaman dahulu yang melohat hiburan bioskop tidak hanya satu dua, melainkan yang sering nonton banyak. Walaupun dengan sembunyi-sembunyi, Gus Fahmi menyebut hiburan tersebut merupakan sesuatu dinamika dunia santri ketika itu.

"Yang paling luar biasa adalah perasaan ketika kita di pondok. Keberkahan yang kita dapatkan sekarang ini tidak terlepas dari kita mengabdi di pondok, kita belajar di pondok mentaati kiai, hormat pada kiai, itulah salah satu penyebab keberkahan ilmu kita," paparnya.

4 Tuntutan Utama yang akan Disuarakan Ribuan Buruh di Surabaya

Gus Fahmi berpesan kepada seluruh santri agar terus belajar di pondo. Termasuk sebisa mungkin dibarengi dengan berkhidmah, supaya ilmu yang diperoleh bermanfaat. Sebab kebermanfaatan ilmu diperoleh dengan berkhidmah, bukan karena kepandaian maupun kepintaran seorang santri.