DSA Ponorogo Ekspor Ratusan Ton ke India, Rambah Minyak Kunyit hingga Pewarna
- Dok. DSA Ponorogo
"Perkembangannya tidak setiap desa ada Solar Dum. Karena jika terpencar-pencar, akan tidak efektif sebab tidak setiap desa memproduksi kunyit skala besar. Nanti hasil hasil pertanian dari berbagai desa, kecamatan kabupaten masuknya ke gudang kita," imbuhnya.
Setali tiga uang, DSA Ponorogo sukses pada 2022 bersama 10 desa binaan. Lanjut di tahun kedua, pihaknya menjalin bekerja sama dengan pihak universitas melalui Kampus Merdeka melalui Kerjasama Dunia Usaha dan Kreasi Reka (Kedaireka) dengan Universitas Brawijaya Malang.
Slamet mengaku memiliki tujuan di DSA Ponorogo. Pertama, adalah standarisasi produk melalui Solar Dume. Sehingga pengeringan kualitas kunyit terjaga. Kedua, untuk ekspor tahun kedua mampu membentuk ekosistem mulai dari hulu sampai dari hilir tercapai.
Misal, saat ini membina 10 desa baru masih belum masuk dampingan Astra. Harapannya di tahun berikutnya ikut ter-cover. Sehingga total ada 20 desa, untuk yang 10 desa telah terdistribusikan bibit sebanyak 22 ton.
Hal itu dilakukan menurut Slamet sebagai upaya membentuk cluster dari hulu sampai hilir berjalan. Di tahun ketiga, usai ekspor terpenuhi maka yang ketiga adalah turunan dari kunyit bisa benar-benar terealisasi.
"Intinya tidak material tapi setengah jadi saya bikin minyak. Kami mengajukan ke Dikti tahun kemarin, sebelum masuk mulai sekarang sudah persiapan untuk aplikasi menjadi minyak," paparnya.
Slamet mengungkapkan minyak turmeron bisa menjadi harganya bagus. Jika di pasar umum, satu botol kecil tembus diangka Rp 150 ribu. Bisa digunakan kosmetik, jamu dan sebagainya.