DSA Ponorogo Ekspor Ratusan Ton ke India, Rambah Minyak Kunyit hingga Pewarna
- Dok. DSA Ponorogo
"Lokasinya strategis, kontainer bisa masuk, kurang lebih semua bisa masuk, dari Pacitan-Ngawi ke langsung ke Ponorogo tentu kita tidak kesulitan bahan baku pada saat itu kami," ungkapnya.
Alasan lain memilih tanaman kunyit, Slamet mengungkapkan tumbuhan yang sampai saat ini penanamannya dan penjualannya gampang sekali penanamannya dan penjualannya gampang. Sekali tanam sampai oanen itu tanaman sekitar 8 bulan
Selain itu, tanaman kunyit bisa hidup meski ditanam di tanah kurang produktif. Seperti tanah di tanah pinggir-pinggir hutan bisa hidup. Dalam hasil, petani melalui DSA Ponorogo masuk ke produk kunyit terdiri dari tiga bagian.
"Yang besar yang bagus itu bisa untuk pasar segar, yang ini dari Ponorogo bisa 22 ton sampai 30 ton setiap hari yang dikirim ke Jakarta atau pasar pasar besar," sambungnya.
Ia melanjutkan bagian yang pertama Grade A atau paling bagus. Sekarang harga pasar dikisaran Rp4.500 sampai Rp5.000 per KG. Kategori kedua adalah empu kunyit yang bisa digunakan sebagai bibit dan bisa menjadi jamu.
Sementara, yang ketiga ia ambil kecil-kecil, atau yang disebut dengan leles untuk dikeringkan. Kunyit Leles yang rimpang yang tidak masuk pasar mana-mana justru menyimpan potensi jika dikeringkan dan untuk pasar ekspor.
"Kita kebalikannya, kalau dulu mindsetnya yang paling bagus, tapi yang kunyit yang dikirim yang leles, karena spesifikasi untuk produksi," jelasnya.