Gagas Program Usahaku, Cara Kominfo Trenggalek Branding Produk Bikin Lebih Ciamik
- Lutfi/Viva Jatim
Berangkat dari keprihatinan itulah, pria asal Desa Sengon Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek ini tergerak untuk memberdayakan perajin 'besek'—anyaman bambu yang bisa digunakan wadah makanan, daging hingga hampers menarik lainnya.
Ditemui di gudang miliknya, tumpukan Besek dari berbagai ukuran tertata rapi dan menawan. Ada dengan berbagai ukuran dan jenis. Lokasi gudang kendati tak begitu besar, namun cukup banyak stok yang ia taruh.
Tampak satu pekerja yang sedang asyik mewarnai Besek sesuai orderan pelanggan. Pria yang dulunya merupakan Guru Kelas Honorer, di salah satu Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Bendungan ini berangkat dari melihat seorang penjual 'Besek' tak jauh dari sekolahnya.
Hatinya terketuk untuk menanyakan harga barang yang berasal dari anyaman bambu ini. Ia melongo dengan harga murah meriah, tidak sebanding, bahkan jauh dari proses pembuatan yang bisa memakan waktu berhari-hari.
Terlebih jika musim penghujan, karena salah satu prosesnya harus dijemur. Proses pembuatan Besek pertama memilih bambu yang sesuai. Selepas dipotong, lalu dibuat kecil-kecil menyesuaikan anyaman. Dijemur, kemudian mulai irat, dianyam, hingga di jemur kembali sebelum dijual.
"Per kodi hanya 7 ribu atau 20 pcs. Nah itu saya inisiatif. Saya coba bantu jual online waktu itu masih Bukalapak, belum ada shopee. Ternyata respon di luar sana itu bagus banget," kata Dhany Eka Prasetya.
Diawal-awal usaha yang ia rintis tidaklah mudah. Ibarat usahanya sedang membakar uang sendiri. Pasalnya pengorbanan yang dilakukan dengan tetap ajeg menerima dan melayani pemesanan meskipun hanya satu order. Dirinya rela menempuh 11 KM pulang-pergi (PP) dengan jalan pegunungan relatif terjal.
"Penuh pengorbanan, ada pesanan 1 habis dari SD saya antar kota kan rugi. Saya cuma cari bintang 5, jualan online kalau ratingnya bagus otomatis pencariannya diatas sendiri," terangnya.
Perihal range harga, dari yang terendah ada besek termurah 10x10 yang paling kecil Rp 14 ribu per kodi. Kemudian diatasnya ada Rp 18 ribu, lalu yang terlihat cantik-cantik seperti anyaman berbeda agak halus minimal Rp 35 ribu, sedangkan yang termahal Rp 60 ribu.
"Dulu yang saya katakan Rp 7 ribu, seperti sekarang harganya Rp 18 ribu," jelasnya sambil menunjukkan ke arah Besek.
Tampung 60 Perajin Warga, Mendongkrak Ekonomi Kreatif Desa Pria berusia 36 tahun ini mengutarakan awalnya dulu hanya mengambil Besek dari beberapa warga sekitar. Makin kesini, orderan terus bertambah hingga saat ini sudah puluhan perajin Besek yang ia tampung.
Tak lama berbincang-bincang, datang salah satu ibu-ibu berkerudung menyetorkan hasil Besek ke tokonya. Lantas ia mengatakan jumlah Besek yang telah dibuat. Dhany mengaku kebanyakan ibu-ibu setor tidak terlalu banyak, karena langsung digunakan untuk tambahan kebutuhan sehari-hari.