Nasionalisme-Demokrasi Pekerja Migran Tulungagung di Luar Negeri
- Dokumen Eko Fajar
"Ada yang perjalanan 1,5 jaman, ada yang di kirim surat pencoblosan, ada yang tidak. TPSnya jauh, ada juga yang malas antri banyak," ujar Lina.
"Dulu nyoblos 2019 di HK ada tempat TPS. Tapi ada yang golput karena keterbatasan waktu dan gak bisa keluar. Paling yang nyoblos sekitar 20 sampai 30 persen," sambungnya.
Perempuan 5 bersaudara ini menambahkan bahwa hiruk pikuk Pilpres 2019 yang lalu menurutnya tak jauh berbeda dengan tahun 2024 mendatang. Pasalnya, ada yang sebagian ngotot memilih Paslon idaman, termasuk sikap netral juga ada dari PMI.
Sementara dirinya tidak mau ikut terjun ke pusaran hate space seperti pada kebanyakan orang awam. Lina lebih memilih bersikap biasa, karena hanya orang awam. Meski hanya lulusan Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Kecamatan Gondang Tulungagung, ia tak mau ambil pusing dengan adanya pemilu.
"Kalau saya sembarang, soalnya mendukung siapa saja, siapapun pemimpinnya kita hanya rakyat kecil, bersuara ngotot pun gak bakalan didengar. Tapi saya punya 1 pilihan," ujarnya.
Lina tak memungkiri, jika pilihannya tidak bakal menjamin kehidupannya selama menjadi penyumbang devisa terbesar. Sebab, pilihannya hanya sebatas pilihan. Ia lebih fokus pada kerjaan yang menjadi tugas kewajiban sehari-hari.
"Selebihnya saya sibuk kerja tidak memikirkan yang ruet-ruet, banyak kerjaan. Mulai memikirkan bersih-bersih rumah, yang dijaga belum lagi pas cerewet," keluhnya.
Pekerja Migran Indonesia menampilkan kesenian di Korea.
- Dokumen Eko Fajar
Terpisah, Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Divisi Perencanaan Data dan Informasi, Safari Hasan mengatakan bahwa terkait data pemilih luar negeri relatif cukup banyak, karena Tulungagung khususnya merupakan sentra dari pekerja migran di Jawa Timur maupun di Indonesia.