Nasionalisme-Demokrasi Pekerja Migran Tulungagung di Luar Negeri

Penampilan Reog Ponorogo dari PMI di Korea.
Sumber :
  • Dokumen Eko Fajar

Merujuk pada 'Migrant Care' dengan tulisan 'Pemilu Bukan untuk Pekerja Migran' kendati ada peningkatan partisipasi pemilih luar negeri pasca orde baru, prosentasenya masih dibawah 50 persen.

Komitmen GISLI Tulungagung Bantu Program Pemerintah Jadi Poros Maritim Dunia

Pada 2004 partisipasi hanya 13 persen, meningkat di 2009 menjadi 23 persen dan berlanjut di 2014 sebesar 22,9 persen. Sementara catatan Migran Care soal daftar pemilih tetap (DPT) bagi warga luar negeri pada 2004 sebesar 1,9 juta pemilih.

Merosot pada 2009 yang hanya 1,5 juta pemilih, lalu meningkat pada 2014 sebanyak 2,03 juta pemilih. Serta peningkatan sedikit dalam 2019 sebanyak 2,05 juta pemilih.

Baru 72,14 Persen Capaian UHC di Tulungagung

jumlah pemilih untuk pemilih luar negeri di 128 negara perwakilan, dengan jumlah PPLN, KSK dan Pos sebanyak 3.059, jumlah pemilih laki-laki 751.260, perempuan 999.214, total pemilih laki-laki dan perempuan di luar negeri 1.750.474. 

Melansir dari VOA dalam mendukung partisipasi PMI menyalurkan hak suaranya, Konsulat Jendral Republik Indonesia di Hong Kong yang merupakan wilayah administratif Khusus Republik Rakyat China mengirimkan surat kepada pimpinan perusahaan, usaha kecil, menengah sampai majikan.

Bayi Kembar Siam di Tulungaung Tercover BPJS, dari Sebelum hingga Usai Operasi

Surat tersebut sebagai permohonan para PMI pada saat pencoblosan diberikan kelonggaran untuk memilih dengan memberi kesempatan beberapa jam. Barangkali membutuhkan dokumen bisa meminjamkan kepada pekerja sebagai syarat administrasi. Dari catatan tahun tersebut ada 160 ribu penduduk Indonesia yang mengadu nasib ke negara ini.

Lain Fajar, lain Binti Aklinatus Sa'diyah. Perempuan asal Desa Notorejo Kecamatan Gondang Tulungagung ini sudah 10 tahunan merantau ke Taiwan. Anak terakir dari 5 bersaudara ini mengadu nasib untuk meningkatkan taraf perekonomian keluarga.

Ditanya perihal uforia pesta demokrasi lima tahunan di perantauan lebih ramai di media sosial. Sebab, dengan segala kesibukan dengan majikan masing-masing membuat harus merelakan golput.

Kendati beberapa dikirim melalui pos, namun tidak semua ikut mencoblos. Selain lokasi jauh, PMI merasa belum menjadi prioritas. Alan tetapi mayoritas gegara terbentur waktu dengan pekerjaan yang harus diselesaikan.

Halaman Selanjutnya
img_title