Kisah Pekerja SKT di Tulungagung Hidupi Keluarga hingga Sekolahkan Anak Jadi Perawat

Pekerja pabrik SKT tengah mengerjakan rokok
Sumber :
  • Madchan Jazuli/Viva Jatim

Sedangkan untuk dukanya, ia mengaku banyak waktu yang tersita. Sebab jam kerja harus pagi dan pulang sore berulang-ulang setiap hari. Membuatnya merasa capek dan tersita banyak waktu di luar.

Terbesar di Indonesia, Kontribusi Laju Tanam Padi di Jatim Sumbang 25 Persen

"Dukanya jam kerja lama, berangkat pagi pulang sore," akui perempuan berusia 49 tahun ini.

SKT Serap Puluhan Ribu Tenaga Kerja di Tulungagung

Upaya Sejahterakan Petani, Pemkab Kediri Jalin Kerjasama dengan Pemprov Jakarta

Ketua Asosiasi Petani Tembakau (APTI) Tulungagung yang juga sekaligus pemilik pabrik rokok di Desa Gesikan, Kecamatan Pakel, Tulungagung, Nur Hadi mencatat SKT telah menyerap produksi di Tulungagung, ia mengakui belum tahu pasti.

Akan tetapi yang pasti menyerap sekitar hampir 30 ribu tenaga kerja di seluruh pabrik. Hal itu menurutnya cukup menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan yang tidak pro dengan petani tembakau.

Penculik Santri Metal Salah Sasaran, Ternyata Incar Penerima Paket Sabu

"Jumlah tetapnya belum tahu. Tapi yang pasti menyerap 30 ribu tenaga kerja di pabrikan se-Tulungagung," ulas Nur Hadi pada pekan lalu.

Tenaga kerja SKT di Tulungagung kurang kuantitas, sehingga pekerja sebagian mengambil tenaga eks dari Kediri yaitu keluaran buruh dari Pabrik Rokok Gudang Garam. Pabrik Rokok di Tulungagung rela mengeluarkan biaya tambahan transportasi antar jemput setiap hari.

Pasalnya, pekerja di Tulungagung sendiri yang tersebar di 10 pabrik kesulitan mencari pekerja. Mulai Pabrik Rokok Mustika, PS Jeram hingga Age Pro harus mengambil tenaga dari Kediri.

Halaman Selanjutnya
img_title