Perajin Miniatur Kereta Api Asal Mojokerto Ini Riset Dulu Sebelum Merakit
- Viva Jatim/M Lutfi Hermansyah
Menariknya, proses pembuatan kereta api tidaklah langsung merakitnya. Ia lebih dulu melakukan riset, baik melalui internet maupun literatur. Riset ini ia lakukan untuk mengetahui secara detail setiap bagian dari kereta. Terutama terkait dengan ukuran. Tak jarang ada pesanan kerata api jaman dulu yang minim data, atau kereta api terbaru yang dia belum memiliki blue print (rincian rancangan) interior. Sehingga, ia harus melihat langsung ke Stasiun.
Pesanan miniatur kereta api Jenggala misalnya. Tahun 2016 ia mendapat pesanan dari Dirjen Perkerataapiaan. Namun pihak Dirjen Perkertaapian tidak memiliki blueprin. ia diminta untuk datang ke PT INKA selaku produsen yang menbuat kereta Jenggala. Akan tetapi ia ditolak oleh PT INKA karena belum dipercaya.
Tidak tinggal diam, Kunto pergi ke stasiun Mojokerto untuk melihat interior dan mengukur postur kereta Jenggala. "Waktu itu jenggala istirahat di Mojokerto tiga jam. Saya ke stasiun manjat untuk memfoto, memvideo, dan mengukur. Riset saya hampir satu bulan," bebernya.
Selain itu, ia pernah membuat kereta api milik PT Pos Indonesia yang sangat minim data. Ia mengaku, membuat setiap interior kerata api tersebut berdasarkan ingatan saja. Hasilnya pun menjadi buah bibir dan mempertanyakan refresi bentuknya.
"Dulu ada yang punya fotonya tapi tidak detail. Ya saya berdasarkan ingatan saja, dulu sempat melihat dan bermain di kereta itu saat ikut bapak di Surabaya," jelasnya.
Selama ini ia hanya melayani pemesanan kereta api gerbong tanpa lokomotif. Dalam satu bulan, ia mampu membuat 20 sampai 25 gerbong. Satu rangkaian gerbong minimal terdapat 6 gerbong. Diantaranya 4 kereta penumpang, 1 kereta cargo, dan 1 kereta restorasi. Namun, kelengkapan jumlah kereta tergantung dari pesanan juga.
"Kalau pemesan ingin seperti aslinya juga bisa. Seperti KA Bima ini ada 8 gerbong aslinya. Ya kita buatkan. Kalau ada pesanan lokomotif saya kerjasama dengan teman," kata Kunto.