Mengenal Sejarah Ketupat yang Identik dengan Menu Khas Lebaran
- Istimewa
Surabaya, VIVA Jatim – Setelah satu bulan lamanya berpuasa, Hari Raya Idul Fitri 1445 H telah tiba. Aneka hidangan makanan pun telah disiapkan untuk menyambut para tamu dari keluarga dan kolega. Salah satu menu khas yang wajib ada yakni ketupat. Sajian yang satu ini memang identik dengan lebaran.
Makanan ini terbuat dari beras yang biasa dibungkus dengan anyaman janur kuning dan biasanya disajikan dengan berbagai makanan, terutama opor ayam.
Ketupat bukan hanya makanan tradisional, tetapi juga membawa banyak tradisi. Salah satunya adalah lebaran ketupat, yang disebut sebagai lebaran kecil dan diadakan sepekan setelah Idul Fitri.
Dikutip dari VIVA, Rabu, 10 April 2024, begini Sejarah Ketupat yang identik dengan menu khas lebaran.
Dalam Malay Annal yang dikutip Historia, H.J de Graaf menyatakan bahwa selama pemerintahan Kerajaan Demak yang dipimpin oleh Raden Patah pada abad ke-15, ketupat digunakan sebagai simbol hari raya Islam. Identitas masyarakat pesisir yang banyak ditumbuhi pohon kelapa atau nyiur ditunjukkan dengan bungkus ketupat yang terbuat dari janur.
Masyarakat pesisir identik dengan makanan yang dibungkus dengan janur, Sunan Kalijaga menggunakan ketupat sebagai alat dakwah untuk menyebarkan Islam. Ketika dia menggunakan ketupat sebagai simbol lebaran, ketupat semakin populer di kalangan umat Islam sendiri. Perayaan ini dilakukan pada tanggal 8 Syawal, seminggu setelah Idul Fitri dan setelah enam hari berpuasa Syawal.
Dalam sejarah masyarakat Nusantara khususnya bagi masyarakat pesisir dan agraris, ketupat dijadikan makanan khas ketika para petani melakukan tradisi selametan yang ditujukan pada Dewi Kemakmuran bernama Dewi Sri. Biasanya tradisi tersebut dilakukan pasca-panen. Dewi Sri merupakan Dewi tertinggi dan terpenting bagi masyarakat agraris. Ia dimuliakan sejak masa kerajaan kuno seperti Majapahit dan Padjajaran.