Filosofi Langgar Gantung, Saksi Bisu Dakwah Islam di Kota Blitar
- Madchan Jazuli/Viva Jatim
Pria pensiunan ASN ini mengungkapkan, hingga saat ini Langgar Gantung masih difungsikan seperti awal masa pembuatannya. Dimana kegiatan keagamaan digelar rutin pada setiap waktunya.
"Ini merupakan tanggung jawab kami untuk terus merawat dan melestarikan tempat ibadah sebagaimana mestinya. Apalagi bangunan ini mempunyai sejarah yang patut untuk diteladani," terangnya.
Filosofi Langgar Gantung
Penyebutan Langgar Gantung, menurut Isman bukan tanpa alasan. Ia menguraikan istilah itu disematkan lantaran bangunan yang terlihat menggantung dan tidak bersinggungan langsung dengan tanah.
"Pada masa itu (sebelum dibangun) wilayah Plosokerep masih jarang ada bangunan. Daerah ini masih seperti hutan dan masih banyak dijumpai binatang-binatang buas yang berkeliaran," paparnya.
Alhasil, dibangunlah mushalla ini dengan bangunan yang menggantung agar masyarakat yang beribadah bisa terhindar dari gangguan binatang buas yang berkeliaran.
Isman menyebut, dalam waktu dekat Langgar Gantung akan dibangun seperti keadaan awal. Kontruksi bangunan dari kayu jati dan anyaman bambu (gedeg) yang akan dikembalikan seperti semula adalah plavon dikembalikan dari semula anyaman bambu (gedeg).