Samsul Arifin dan Gerakan Penghijauan Trembesi untuk Udara Bersih di Indonesia

Samsul Arifin menggagas trembesi sebagai solusi polusi.
Sumber :
  • Dok. Satu Indonesia Awards

Selain itu, lapisan serasah yang terdapat di sekitar pohon berpotensi memperkaya tanah dan mencegahnya menjadi tandus, sehingga pohon trembesi tidak hanya menjaga lingkungan tetapi juga meningkatkan kualitas tanah.

Achmad Irfandi Penggerak Kampung Lali Gadget dan Kenalkan Budaya Lokal pada Anak

Itulah yang ada didalam pikiran Samsul Arifin Wijoyosukmo. Pemuda asal Desa Sumberagung Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro ini memutuskan melakukan sesuatu untuk memulihkan kualitas oksigen di daerahnya sekaligus menghidupkan sumber air.

Pada 2018, Mas Samsul, begitu ia akrab disapa, memulai program pembibitan trembesi. Program ini lahir dari keresahannya terhadap semakin banyaknya mata air yang mengering di Bojonegoro. Selain itu, industri migas yang beroperasi di daerah tersebut menambah suhu panas dan polusi. Bahkan, ibu salah satu sahabatnya meninggal karena sakit paru-paru yang diyakini akibat polusi udara. Bagi Samsul, satu-satunya solusi untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan menghijaukan kembali lingkungan.

Marwan Hakim, Pahlawan Pendidikan yang Sulap Rumahnya Jadi Sekolah SMP di Aikperapa

Trembesi dipilih karena manfaatnya yang luar biasa dalam menyerap CO₂. Pohon ini mampu menyerap hingga 28,5 ton CO₂ per tahun, puluhan kali lebih banyak dibandingkan pohon biasa yang hanya mampu menyerap sekitar 1 ton CO₂ dalam 20 tahun. Dengan program ini, Samsul berharap dapat memberikan kontribusi nyata bagi kelestarian lingkungan.

Samsul memulai pembibitan trembesi di halaman rumahnya. Bibit-bibit yang ia hasilkan dibagikan secara gratis kepada masyarakat untuk menghijaukan wilayah Bojonegoro, serta ditanam bersama masyarakat setempat. Samsul juga berencana menyumbangkan bibit trembesi ke Jakarta dan kota-kota besar lainnya dengan tingkat polusi tinggi.

Rizki Hamdani, Pelopor Pertanian di Kalangan Santri Milenial

Program ini dijalankan secara mandiri dengan biaya dari gaji Samsul sebagai pengajar ekstrakurikuler. Walaupun menghadapi kendala finansial, Samsul tidak menyerah. Ia membeli bibit trembesi dari situs penjualan online dan menanamnya di polybag yang diisi tanah dari limbah batu bata di daerah Ledok Kulon, Bojonegoro. Karena dana yang terbatas, Samsul hanya menggunakan bahan sederhana untuk pembuatan kompos.

Dalam upayanya untuk mencapai target produksi bibit trembesi, Samsul melibatkan para pemuda dari komunitas pencak silat di daerahnya. Ia menargetkan produksi 100 ribu bibit trembesi setiap bulan sehingga dalam satu tahun dapat menghasilkan 1 juta bibit dengan ketinggian 3-4 meter yang siap ditanam untuk perbaikan oksigen di berbagai wilayah di Indonesia.

Halaman Selanjutnya
img_title