Peternak Tulungagung Ungkap Permintaan Anakan Bebek Hibrida Naik saat Ramadan
- Madchan Jazuli/Viva Jatim
Tulungagung, VIVA Jatim –Muda dan penuh semangat, itulah gambaran tepat bagi Ahmad Shidiq, seorang pengusaha ternak Bebek Hibrida asal Tulungagung. Di bulan Suci Ramadan tahun ini, permintaan anakan bebek meningkat pesat, mencapai hingga 6.000 ekor.
Ahmad Shidiq tinggal di Dusun Banaran, Desa Sukorejo, Kecamatan Karangrejo, Tulungagung. Kandang bebek hasil persilangan Bebek Peking dengan Bebek Hibrida memanjang puluhan meter di belakang rumahnya.
Di sana, indukan bebek yang setiap hari dipanen telurnya untuk ditetaskan, terlihat putih bersih, sementara bebek-bebek pedagingnya memiliki bobot bervariasi antara 1,5 hingga 3 kilogram.
Sudah lebih dari 10 tahun, Shidiq menekuni usaha penjualan DOD (Day Old Duck) anakan bebek yang berumur beberapa hari. Ia mengaku permintaan di bulan Ramadan ini mengalami lonjakan yang signifikan.
Pemuda satu anak ini mengaku tren peningkatan ini berangkat dari perilaku konsumen untuk kuliner malam cukup banyak. Sehingga permintaan bebek pedaging cukup meningkat.
"Sebelum puasa kita produksi sekitar 1.000 per minggu atau 4 ribu per bulan. Saat ini bulan puasa per minggu 1.500 atau 6 ribu per bulan," ujar Ahmad Shidiq ditemui di kandangnya, Rabu, 19 Maret 2025.
Anakan bebek atau DOD siap dikirim ke pelanggan.
- Madchan Jazuli/Viva Jatim
Usaha yang ia beri nama Adiq Gatra Sentosa ini mengaku tantangan yang dihadapi pertama di pemasaran. Selanjutnya dari segi usaha sendiri kesulitan mencari indukan yang spesifikasi yang diinginkan.
"Jadi yang kita inginkan terbatas. Jadi tidak bisa langsung yang ada jarang," akuinya.
Sementara untuk penetasan, Shidiq mengatakan karena ini menggunakan mesin penetas otomatis, kendala yang dihadapi apabila mesin rusak. Ketika rusak, semua telur dalam satu box besar di mesin tersebut ikut rusak.
"Mesin rusak telur ikut rusak semua. Bisa Ada mesin ada eror, itu yang perlu kita awasi Maksimal satu mesin berisi 6 ribu kanan kiri satu kotak. Jadi total tiga mesin itu ada 18 ribu," tambahnya.
Shidiq mengaku prosentase hasil penetasan antara 70 sampai 80 persen. Sementara untuk harga per ekor hari ini 8 sampai 9 ribu, anakan Bebek Hibrida.
Pria berusia 34 tahun ini memaparkan harga daging bebek sendiri cukup stabil, yaitu di kisaran angka 24 ribu per kilogram. Harga tersebut terbilang terjangkau bila dibanding di Jombang dengan selisih antara 1.500 sampai 2.000.
Ditanya soal lama berproduksi Bebek Hibrida, ia mengaku biasanya bebek siap produksi pada usia 6 bulan. Lalu, bisa produktif sampai usai 2,5 tahun sehingga total 2 tahun produksi petelur.
Sementara untuk pemasarannya, sudah ada pelanggan besar 1 orang yang akan diecer ke beberapa peternak untuk pembesaran. Lalu, tiga lainnya peternak kecil-kecil yang akan ia suplai setiap seminggu satu kali.
"Untuk pemasarannya di karisidenan Kediri, Tulungagung sendiri dan juga di Blitar," ulasnya.
Shidiq menjelaskan dulu sempat beternak ayam, namun harga tidak stabil dan permintaan hanya naik di awal membuatnya banting stir. Alat penetas yang digunakan untuk ayam, akhirnya ia coba-coba gunakan penetasan bebek.
"Ternyata bisa. Masuk sampai men selama 28 hari dengan suhu 38,5 derajat suhu penetasan. Prosesnya ya itu tadi 70 sampai 80 persen dengan kelembapan 60. Itu mesinnya buat sendiri," paparnya.
Memilih memutuskan untuk Bebek Hibrida, dirinya beralasan lebih mudah dalam hal pakan. Jika ayam harus pelet, di bebek bisa mempunyai banyak alternatif.
Sehingga menekan biaya di pakan, asupan gizi terpenuhi dan hasil yang didapatkan pun juga lebih menjanjikan. Selain itu, hasil sortiran telur yang tidak lolos kualitas dijadikan produk telur asin.
"Kalau bebek enaknya pedagang semua suka alternatif pakan semua mau. Limbah roti, sosis kentaki. Pedagang yang konsisten itu memiliki alternatif makanan. Kalau ayam susah, harus pelet semua," jelasnya.
Pengamatan VIVA Jatim, telur yang berada di mesin penetas sudah 28 hari akhirnya anak bebek keluar. Banyak yang jatuh dari tempat tatakan berkumpul di bawah mesin penetas.
Karyawan dari Shidiq mulai mengambil menggaet menggunakan kayu. Kemudian melalui proses sortir dan masuk ke dalam packing anakan bebek atau DOD.