55 Tahun Jualan Jamu, Bu Diyem Wujudkan Impian Naik Haji

Bu Diyem saat di embarkasi Surabaya.
Sumber :
  • PPIH Embarkasi Surabaya

Surabaya, VIVA Jatim Menunaikan rukun Islam kelima, berhaji ke Tanah Suci, merupakan impian setiap Muslim, tak terkecuali bagi Diyem Wiryo Rejo, jemaah haji dari Kloter 47 asal Kelurahan Gedongan, Kota Mojokerto. Perempuan berusia 65 tahun ini akhirnya berangkat ke Tanah Suci berkat ketekunan dan hasil jerih payahnya sebagai penjual jamu keliling.

Bimasakti dan MKP Jalin Kerja Sama Strategis Perluas Inovasi Keuangan di Agen Fastpay

“Alhamdulillah, setelah mendaftar haji pada tahun 2012, tahun 2025 ini saya dapat berangkat ke Tanah Suci. Senang dan bersyukur sekali rasanya,” tutur Diyem yang ditemui ketika proses penerimaan jemaah di Asrama Haji Embarkasi Surabaya, Rabu 14 Mei 2025.

Sebelum resmi mendaftar haji, Diyem menabung secara konsisten di rumah. Ia menyisihkan sedikit demi sedikit dari hasil berjualan jamu keliling. Setiap kali uang terkumpul satu juta rupiah, ia menyetorkannya ke bank.

Dukung Produk UMKM Jatim Tembus Pasar Internasional, Khofifah Dampingi Wapres Gibran Sambangi Produsen Kendang Jimbe Bli

“Saya kumpulkan uang sedikit demi sedikit di rumah untuk ditabung. Kalau lagi ada rezeki, satu bulan sudah dapat terkumpul uang satu juta. Kalau belum ada, ya bisa berbulan-bulan baru bisa terkumpul satu juta. Kalau sudah satu juta, saya tabung ke bank,” cerita ibu tiga anak ini.

Lanjutnya, setelah menabung kurang lebih sepuluh tahun, dia dapat mengumpulkan uang 25 juta dan dia pun mendaftar haji. 

Botol Zamzam di Koper: Oleh-Oleh yang Bisa Bikin Repot Jemaah dan Bandara

“Saya mendaftar haji bersama suami. Kebetulan beliau pun ada tabungan untuk mendaftar haji dari hasil pekerjaanya sebagai penjual nasi goreng,” terangnya.  

Diyem menceritakan sejatinya dia sudah memiliki keinginan berhaji sejak lama namun belum menjadi keinginan kuat.

“Ketika saya menabung itu, teman saya bilang kalau kamu ada tabungan, buat daftar haji saja. Dari situ saya timbul keinginan kuat untuk mendaftar haji,” tuturnya.

Dari hasil mendorong gerobak jamunya, Diyem dapat memperoleh keuntungan sekitar 100 ribu hingga 200 ribu perhari. 

“Namanya juga jualan, kalau waktu sepi ya tidak segitu. Penting balik modal,” ujar perempuan kelahiran Kota Solo ini.

Dia bersyukur dengan keuntungan yang diperolehnya sekarang dia dapat menabung untuk melunasi biaya haji.

“Saya sangat bersyukur dengan apa yang sudah saya raih. Ingat waktu saya awal-awal jualan jamu pada usia sebelas tahun, sekitar tahun 1970. Saya lebih susah saat itu karena jualan jamu gendong. Anak-anak seusia saya masih senang main, saya sudah jualan jamu gendong keliling. Kalau lama tidak ada yang beli, saya duduk dulu. Berat kan,” kenangnya.

Kini, setelah 55 tahun menjual jamu, Bu Diyem mendapat karunia tak ternilai yakni menjadi tamu Allah ke Tanah Suci.

“Sampai sekarang masih jualan. Ini libur karena naik haji. Kalau tidak jualan badan rasanya pegal semua. Anak-anak sudah melarang tetapi Alhamdulillah badan saya masih sehat dan bisa mandiri. Semoga di Tanah Suci nanti saya dan suami juga diberikan kemudahan dalam beribadah,” harapnya.

Bu Diyem dijadwalkan terbang ke Tanah Suci pada Kamis (15/5) pukul 10.20 WIB.