Paundra, Penggagas Budidaya Udang Vaname Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan
- SATU Indonesia Award
Pria 31 tahun itu mengaku, mulanya, ia hanya berbekal ilmu yang didapat selama berada di bangku kuliah. Kemudian ditambah dengan pengetahuan lain yang bersumber dari jurnal ilmiah dan tutorial di YouTube. Dari situ ia belajar permasalahan yang dialami sejak di awal-awal berbudidaya udang vaname.
Paundra lantas memantapkan diri untuk melakukan berbagai tahapan riset. Mulai dari meneliti penyakit yang kerap dialami udangnya hingga kandungan air yang memicu timbulnya penyakit tersebut. Ia pun berhasil mendeteksi penyakit itu, yakni hepatopankreas atau early mortality Syndrome (EMS). Penyakit yang disebabkan bakteri dan menyerang pankreas udang.
Penelitian ilmiah itu membuat Paundra akhirnya menemukan komposisi pakan yang tepat untuk udangnya. Itulah yang kemudian dijadikan SOP dalam mengelola budidaya tambak udang vaname.
"Kami jadikan komposisi racikan pakan tersebut sebagai SOP," ungkapnya.
Kemudian untuk masalah air, ia juga menemukan penyakit yang sering menyerang udang dari hasil penelitiannya itu. Paundra mengaku, bahwa selama melakukan proses penelitian, ia telah mengeluarkan banyak biaya. Bahkan butuh tahapan yang panjang hingga akhirnya sukses sesuai harapan.
"Pernah suatu kali saat melakukan penelitian, saya menabur tiga ratus ribu benur di enam kolam. Tetapi, saat masa panen hanya mendapatkan 80 kilogram udang. Waktu itu saya rugi sekitar Rp150 juta," terangnya.
Aneka problem dan solusi yang didapati dari hasil penelitian ilmiah itu, kemudian dirumuskan oleh Paundra dalam sistem IoT. Ia mulai menggunakan sistem itu pada tahun 2022 lalu. Air yang gunakan pun tidak sembarang. Disesuaikan dengan kondisi udang agar dapat tumbuh dengan sehat.