Gus Yahya Masuk 50 Tokoh Muslim Berpengaruh Dunia, Ini Kata NU Jatim
- Istimewa
Jatim – Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya masuk dalam daftar 50 tokoh muslim paling berpengaruh dunia tahun 2023 versi Pusat Pembelajaran Strategis Kerajaan Islam Yordania yang berpusat di Amman. Menanggapi itu, PWNU Jatim turut bangga karena sang Ketum PBNU diakui oleh dunia.
Dalam daftar itu, Gus Yahya berada di urutan ke-19. Ini bukan kali pertama Ketum PBNU masuk dalam daftar nama tokoh muslim paling berpengaruh di dunia. Sebelumnya, Gus Yahya sudah masuk ke jajaran Muslim Berpengaruh Dunia dalam kaitan pengelolaan organisasi.
Adapun pada posisi pertama dalam daftar itu diduduki oleh Raja Arab Saudi King Salman bin Abdul-Aziz Al-Saud; kedua, oleh Pemimpin Agung Republik Islam Iran Ayatollah Hajj Sayyid Ali Khamenei; dan ketiga oleh Emir Qatar, Emir Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani.
Gus Yahya sejauh ini dinilai sejumlah kalangan mewarisi ide KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dalam hal mencintai kemanusiaan. Kacamata Gus Dur adalah kemanusiaan, bukan lagi golongan, kelompok atau agama.
Kacamata kemanusiaan yang dipakai Gus Dur itu menurut Gus Mus yang membuat dia tak anti terhadap perbedaan melainkan mengedepankan sikap toleran, lantaran kacamata kemanusiaan memungkinkan Gus Dur melihat manusia lain sebagai manusia seutuhnya yang masing-masing tercipta berbeda.
"Gus Yahya sangat layak dan sudah sewajarnya mendapatkan apresiasi sebagai tokoh berpengaruh besar di dunia. Bukan saja karena beliau memimpin umat yang besar untuk ukuran organisasi massa, tapi beliau memang punya pikiran-pikiran besar bukan saja untuk kebangsaan, tapi juga kemanusiaan dan sekaligus peradaban dunia," kata Sekretaris PWNU Jatim Akhmad Muzakki dalam keterangannya, Senin, 31 Oktober 2022.
"Pikiran besar beliau seperti itu dibarengi dengan besarnya kendaraan yang bernama NU. Maka, tidak mengherankan jika beliau mendapatkan penghargaan itu. Bahkan harusnya beliau lebih layak untuk ditempatkan pada nomor yang lebih tinggi dari sisi tingkat pengaruhnya di tataran global," imbuh Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya itu.