Kedutan Gejala Stroke? Ini Penjelasan Dokter Spesialis Bedah Saraf

Dr dr Achmad Fahmi Sp BS(K) Subsp NF FINPS
Sumber :
  • VIVA Jatim/Mokhamad Dofir

Surabaya, VIVA Jatim – Kedutan cukup lazim dialami semua orang. Bila kedutan berskala kecil dan langsung hilang, banyak yang tak mempersoalkannya. Namun saat kedutan hebat dan menarik bagian wajah ke arah tertentu, keadaan ini kadang dianggap gejala stroke.

15 Persen Pasangan Usia Subur di Jawa Timur Mandul, Ahli Ungkap Penyebabnya

Bagaimana menurut penjelasan Dr dr Achmad Fahmi Sp BS(K) Subsp NF FINPS, dokter spesialis bedah saraf dari National Hospital Surabaya? Ia menjelaskan, kedutan dalam istilah medis dikenal sebagai tic fasialis. Yaitu gerakan motorik secara tiba-tiba, berulang-ulang dan tak terkendali secara involunter di sekitar wajah, leher hingga menjalar ke kepala.

Ada sejumlah hal yang membedakan saat seseorang mengalami tic fasialis. Apakah gejala stroke atau penderitanya sedang mengalami gangguan biasa pada sistem saraf.

HokBen Restoran Siap Saji Asal Jepang Buka Gerai di National Hospital Surabaya

"Jadi kita perlu membedakan, apakah itu stroke atau bukan," ujar dr Fahmi kepada VIVA Jatim di Surabaya, Selasa, 7 Mei 2024.

Ia menjelaskan, ada dua cara untuk menentukan tic fasialias sebagai gejala stroke atau bukan. Yakni dengan membuat gerakan pada alis ke atas saat mengalami tic fasialis.

Kinerja Unggul dan Inovasi, Cara Petrokimia Gresik Dukung Cita-Cita Presiden RI Swasembada Pangan

Apabila penderitanya mampu mengarahkan alisnya ke atas, kata dr Fahmi, kemungkinan itu gejala stroke. Namun sebaliknya, jika saat tic fasialis seseorang tidak mampu menggerakkan alis ke atas, itu berarti hanya gangguan saraf biasa atau dikenal dengan bell's palsy.

"Bell's palsy ini beda kegawatannya dengan stroke," kata alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini.

Selain itu, kata dr Fahmi, ada juga gangguan sistem saraf pada wajah yang tandanya hampir mirip dengan tic fasialis. Bedanya, kedutan ini terjadi terus menerus dalam waktu yang cukup lama dan terjadi dengan sendirinya tanpa usaha.

Kedutan ini kerap dirasakan pada kelopak mata satu sisi yang tiba-tiba menutup sendiri. Gangguan ini dinamakan spasme hemifasial atau kejang hemifasial.

"Khas pada hemifasial itu satu sisi, jadi sisi kanan saja atau sisi kiri saja. Biasanya kadang-kadang ada gangguan di telinga. Kebanyakan hemifasial itu bukan karena tumor, bukan karena infeksi. Tetapi karena menempelnya pembuluh darah otak ke saraf tujuh," bebernya.

Perlu diketahui, saraf tujuh berada di batang otak dan berfungsi untuk mengatur otot pergerakan organ wajah di daerah mulut seperti tersenyum hingga memonyongkan bibir.

Sedangkan pada mata, saraf ini mengatur pergerakan kelopak mata seperti memejamkan mata, pergerakan bola mata hingga mengatur aliran air mata.

"Kalau saraf tujuhnya terganggu, maka ada gangguan di situ," katanya.

Untuk mengobati kejang hemifasial, ia menjelaskan, dokter biasanya meresepkan beberapa obat yang dapat mengurangi tekanan pembuluh darah ke saraf tujuh.

Kadang juga dokter menyarankan pasien menjalani botox wajah untuk mengendorkan otot muka. Sayangnya prosedur ini kata dr Fahmi justru menyebabkan separuh wajah nampak lumpuh.

Sedangkan cara yang paling efektif mengatasi kejang hemifasial ialah dengan memisahkan antara saraf dengan pembuluh darah melalui operasi kecil. Sebab pertemuan keduanya menjadi penyebab utama seseorang menderita kejang hemafasial.

"Saraf dan pembuluh darah itu diganjal pakai alat yang namanya teflon, pakai teflon diganjal supaya tidak nempel," pungkasnya.