Mengenal Batik Madura di Hari Perayaannya Tanggal 2 Oktober 2024
- Istimewa
Surabaya, VIVA Jatim – Setiap tanggal 2 Oktober selalu dirayakan sebagai Hari Batik Nasional setelah United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) mengakui batik sebagai warisan budaya takbenda dari Indonesia tahun 2009 lalu.
Dikutip dari buku Ensiklopedia The Heritage of Batik Identitas Pemersatu Kebanggan Bangsa karya Primus Supriono tahun 2016 menerangkan bahwa batik merupakan bentuk seni rupa terapan atau kriya yang telah tumbuh dan berkembang di hampir sebagian besar wilayah Indonesia sejak dahulu kala.
"Di setiap masa dan daerah, batik mempunyai motif, ornamen, ragam hias, corak, teknik dan bahan beraneka ragam," tulis Primus menjelaskan pengertian dan makna batik.
Ia menyampaikan, dilihat secara etimologi, kata batik berasal dari bahasa Jawa yang mempunyai arti beragam. Yakni perpaduan kata 'amba' berarti luas dan 'nitik' yang artinya titik. Sehingga bila dijabarkan bermakna membuat titik di kain yang lebar atau luas.
Meski kata batik disinyalir berasal dari bahasa Jawa, bukan berarti daerah lain tidak mengenal seni kriya ini. Di Madura misalnya, masyarakat setempat sudah mengenal batik antara abad 16 hingga 17.
"Diawali ketika terjadi peperangan di Pamekasan Madura antara Raden Azhar [Kiai Penghulu Bagandan] melawan Ke' Lesap. Raden Azhar merupakan ulama penasihat spiritual Adipati Pamekasan yang bernama Raden Ismail [Adipati Arya Adikara IV]. Sedangkan Ke' Lesap merupakan putera Madura keturunan Cakraningrat I," tulis Sekartaji Suminto dalam jurnlanya berjudul Batik Madura : Menilik Ciri Khas dan Makna Filosofinya tahun 2015.
Batik Madura umumnya dikategorikan sebagai batik pesisir yang digambarkan dengan warna-warna cerah, berani serta motif dinamis. Ciri ini sesungguhnya cerminan dari dikotomi batik Jawa. Penggabungan antara batik pesisir dengan batik-batik keraton Solo dan Yogyakarta.
Motif batik Madura sering menampilkan gambar bunga dan daun, serta corak titik-titik putih yang menyerupai butiran garam. Motif-motif ini menggambarkan kekayaan alam dan kehidupan sehari-hari masyarakat Madura. Motif yang paling populer antara lain Sekarjagat, Gorek Basi, Daun Memba, Kempeng Saladerih, Keraben Sapeh, dan Padih Kepa'i.
Dengan perpaduan warna dan motif yang unik, batik Madura tidak hanya menjadi identitas budaya Madura, tetapi juga mengandung filosofi yang menggambarkan kehidupan dan tradisi masyarakatnya.
Namun bila ditilik lebih dalam, apalagi dengan memperhatikan keanekaragaman batik Madura zaman sekarang, ciri tersebut tidaklah bersifat mutlak. Ada juga batik berwarna gelap, lembut, serta bermotif pola yang berulang-ulang. Menyerupai batik Solo dan Yogyakarta.
Pembuatan Batik Madura berpusat di Bangkalan, Pamekasan dan Sumenep. Yakni Desa Pekandangan, Desa Podhek dan Desa Tanjung Bumi.
"Ciri khas batik pesisir haruslah dicari pada tingkat pengenalan yang lebih mendalam; pada tingkat ini, kita akan 'berhadapan' dengan orang-orang yang terlibat dalam urusan batik-membatik di daerah-daerah pesisir utara pulau Jawa," dilansir dari Album Budaya 2013 : Batik Madura terbitan Sekretariat Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.