Simak Cara Rasulullah Bina Rumah Tangga agar Terhindar dari KDRT

Ilustrasi KDRT
Sumber :
  • Istimewa

Jatim – Setiap orang pasti mengharapkan hubungan rumah tangga yang harmonis. Bahtera cinta yang jalin antara suami dan istri juga diharapkan tak hanya menghadirkan kebahagiaan, melainkan juga keberkahan. Dikaruniai momongan dan tumbuh dewasa menjadi anak kebanggaan keluarga. Demikian ini adalah harapan semua orang. 

Teguhkan Iman, Waspada Berbagai Fitnah Dajal di Akhir Zaman

Namun tak jarang, kesalahpahaman dan ketidaksamaan pandangan seringkali memicu terjadinya pertengkaran hingga berujung tindakan kekerasan. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) kerap terjadi bukan karena persoalan ekonomi, sebab kasus yang satu ini kebanyakan dialami kalangan yang berada, utamanya di kalangan para artis. 

Mewah dan melimpahnya harta bukanlah jaminan kehidupan rumah tangga yang harmonis. Tanpa ditopang dengan sikap saling menghargai dan memahami baik buruknya pasangan, bahtera rumah tangga dipastikan tak akan bertahan lama. 

Kilas Balik Sejarah 4 Perang Besar dalam Islam di Bulan Syawal

Baru-baru ini sempat viral di media sosial terkait Venna Melinda yang melaporkan suami Ferry Irawan atas dugaan kasus KDRT. Setelah sebelumnya dikabarkan bahwa Venna alami luka pada bagian hidung, juga terdapat kesaksian dari salah seorang yang kamar hotelnya bersebelahan dengan kamar Ferry dan Venna. Ia mengaku bahwa sempat ada tangisan dan jeritan hingga membikin kaget. 

Oleh sebab itu, dilansir dari NU Online, berikut ini cara yang dilakukan Rasulullah saw, dalam membina rumah tangga. Hal ini cukup penting diteladani agar terhindar dari petaka kekerasan yang bisa saja berujung pada konsekuensi fatal.

Putus dengan Rizky Irmansyah, Nikita Mirzani Ngaku Alami Kekerasan Mental dan Fisik

Sebagai panutan umat Islam, Rasulullah saw sangat menjauhi tindakan kekerasan, seperti halnya memukul dan menyakiti istri. Hal ini termaktub dalam hadits riwayat Muslim yang menyebutkan bahwa Aisyah mengaku tidak pernah sekalipun dipukul oleh Rasulullah. Juga kepada wanita dan para pembantunya. 

Syeikh Al-Bahuti dari Madzhab Hambali menjelaskan bahwa yang lebih baik adalah meninggalkan memukul istri. Setidaknya hadist riwayat Muslim sebagiamana pengakuan Aisyah itu setidaknya menjadi landasan atau dalil bahwa yang lebih utama tentu tidak memukul istri. 

Dalam Al-Quran Surah An-Nisa ayat 34 terdapat satu kalimat yang memiliki makna memukul. Di dalam kitab-kitab tafsir pun memaknai demikian. Namun Ketua Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, KH Makruf Khazin menyebutkan bahwa makna pukulan tidak lantas disematkan kepada pukulan layaknya menempeleng, mendamprat, dan kekerasan lainnya. 

Tentu bilamana ada tindakan istri yang sudah kelewatan dan sangat fatal, tentu memukul dengan cara tidak sampai melukai. Hal ini termaktub dalam sebuah penjelasan dalam Tafsir Qurthubi, disebutkan bahwa ada penjelasan untuk tidak menyakiti. 

Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa Atha’ bertanya kepada Ibnu Abbas tentang maksud memukul tidak melukai. Ibnu Abbas kemudian menjawab yakni dengan siwak dan seukurannya yang dipukulkan. Tentu sebagaimana diketahui, kayu siwak memiliki ukuran yang sangat kecil dan bilamana dipukulkan tentu saja tidak akan melukai. Sebab ukurannya hanya sekuruan jari telunjuk.