Etos Kerja Keras, Rahasia Sukses Toko Kelontong Madura di Kota-kota Besar

Toko Kelontong Madura
Sumber :
  • Istimewa

Jatim – Berbicara tentang Madura, pastilah identik dengan garam dan tembakau. Dua ikon inilah yang sedari awal mampu mendulang perekonomian warganya. Namun seiring perubahan zaman, tak jarang orang Madura merantau ke kota-kota besar untuk mengadu nasib berbekal etos kerja keras. Etos kerja keras inilah yang menjadi rahasia sukses orang Madura di tanah rantau. 

Wakil Ketua Mabes Minta Pemerintah Pro Toko Kelontong Madura Bukan Korporasi

Beberapa tahun belakangan, usaha Toko Kelontong Madura kian menggurita di sejumlah kota-kota besar. Mulai dari Jabodetabek, Yogyakarta, hingga di luar Pulau Jawa. Keberadaan minimarket modern seperti Indomaret dan Alfamart tidak menjadi penghalang bagi orang Madura untuk mengembangkan toko kelontongnya. 

Faktanya, toko kelontong Madura ini mampu mendongkrak perekonomian warganya di tengah sulitnya lapangan pekerjaan dan sulitnya peluang untuk memanfaatkan potensi kekayaan alam sendiri. Bermodal tekad dan kerja keras, mereka mampu berinvestasi jangka panjang dalam hidupnya. 

Ansor Jatim Respons Polemik Warung Madura: Itu Konsep Nyata Ekonomi Kerakyatan

Salah seorang pemilik toko kelontong asal Kabupaten Sumenep, Madura yang tidak menyebutkan namanya, mengatakan bahwa etos kerja keras itu diwujudkan dalam pelayanan nonstop 24 jam kepada pembeli. Hal itu dilakukan tidak lain demi kepuasan pelanggan yang notabene pengendara dan warga sekitar. 

Pelayanan 24 jam itu dilakukan penjaga toko kelontong Madura dengan cara bergantian. Misalnya, bila istri kebagian berjaga siang, maka suami berjaga malam. Seterusnya seperti itu. Mereka juga berbagi tugas pekerjaan agar tidak kewalahan dalam melayani pembeli. 

Mendaftar ke PKB dan PDIP, Bunda Fitri Siap Maju di Pilkada Sumenep

“Buka 24 jam. Shift-shift-an. Pagi setelah belanja [ke agen], baru istirahat. Setelah itu diganti istri. Seterusnya bergantian,” ungkapnya dikutip dari Youtube Jeda Nulis milik Habib Husein Jafar Al-Hadar pada Selasa, 31 Januari 2023. 

Uniknya, orang Madura punya cara tersendiri bila suami-istri hendak tidur bareng. Hal tersebut menandakan betapa kerasnya etos kerja orang Madura hingga tak ingin mengecewakan pembeli atau pelanggan saat datang ke tokonya. 

Karakter pekerja keras orang Madura juga diwujudkan dalam hal yang lain. Yakni solidaritas yang kuat antar sesama saudara dari Madura dalam meningkatkan status sosial-ekonominya. Hal ini diungkapkan Ach Syaifullah, salah seorang pemilik toko kelontong Madura asal Kabupaten Sumenep. 

Hingga saat ini, Ia sudah punya dua toko kelontong di daerah Yogyakarta. Selama puluhan tahun bergelut di usaha tersebut, tak jarang kolega bahkan saudara-saudaranya di Madura yang ia bantu bila mengalami kesulitan di tanah rantau. 

“Jadi kita saling support. Biar gak cuma saya yang enak, tapi juga teman-teman saya enak gitu. Ya kita bantu jika membutuhkan lokasi untuk membuka toko kelontong, dan sebagainya,” kata Syaifullah. 

Bahkan, kata pria 32 tahun itu, tak jarang membantu sesama saudaranya dalam memberikan modal usaha. Bagi orang Madura, saling bantu dan mendukung di tanah rantau adalah hal penting yang harus dijaga bersama. 

“Kan kita gak tega kalau lihat saudara atau temen yang pindah-pindah buka toko karena omzetnya gak stabil. Jadi kita bantu semampu kita agar bisa sama-sama sukses di tanah rantau,” tandansya. 

Di kampung halamannya juga banyak melakukan perubahan secara taraf ekonomi. Keluarga yang ditinggalkan di kampung halaman juga tak jarang merasakan hasil dari kerja keras anak atau sauadaranya yang buka toko kelontong di kota-kota besar itu. 

Di tengah gempuran minimarket modern dengan pelayanan sendiri dan serba lengkap, toko kelontong Madura tetap mampu bertahan dengan semangat usaha yang tinggi. Sebab orang Madura meyakini bahwa rezeki sudah ada yang ngatur. Tugas manusia hanyalah berusaha dan berusaha.