Mall di Surabaya Selatan Ini Sepi Pengunjung dan Banyak Tenant Tutup
- Mokhamad Dofir/Viva Jatim
Surabaya, Viva Jatim - Kondisi sebuah pusat perbelanjaan di Surabaya Selatan, City of Tomorrow atau biasa disebut Cito, sangat memprihatinkan. Setiap hari mall yang berada di Bundaran Waru ini, semakin sepi pengunjung sehingga banyak tenant memilih tutup berjualan.
Berdasarkan penelusuran Viva Jatim, Rabu 10 Januari 2023, dari lantai satu hingga lantai empat Mall Cito, tidak banyak pengunjung yang terlihat berbelanja atau sekedar nongkrong.
Di lantai satu atau LG, nyaris seluruh stand tutup. Hampir semua pintu ditempeli pengumuman jika stand itu disewakan. Di lantai ini hanya beberapa stand yang masih beroperasi seperti layanan jasa pijat terapis, kantin dan toko mainan.
Berbeda halnya di lantai dua atau GF. Pengunjung mall terlihat sedikit agak ramai karena kebetulan saat itu sedang digelar pameran haji dan umrah. Beberapa toko pakaian, sepatu hingga layanan perbankan juga masih buka.
Namun ketika menuju lantai berikutnya di lantai UG, pemandangan seketika berubah. Suasananya benar-benar sepi. Yang terdengar hanya alunan musik dari pusat kebugaran. Begitu pula toko perhiasan dan jam tangan, walau buka tetap terkesan sepi karena tidak ada pembeli.
Di lantai mall paling atas, FF, sedikit ramai karena di sini terdapat area bermain anak-anak dengan wahana yang dibiarkan menyala. Sebuah cinema juga ada di lantai ini, namun semuanya sepi pengunjung.
Arianti (40), pemilik salah satu stand di Mall Cito yang menjual kerajinan kulit seperti jaket, dompet hingga tas mengungkapkan, kondisi mall yang sepi terjadi sejak pandemi Covid-19 menghantam beberapa tahun lalu.
Padahal dulunya, superblok di pintu masuk kota pahlawan ini kata dia, pernah populer sebagai mall yang selalu ramai pengunjung, apalagi ketika hari libur.
"Dulu sangat ramai, paling ramai ya mall ini di Surabaya Selatan. Sejak corona [pandemi Covid-19] mulai sepi dan semakin hari semakin sepi saja," katanya.
Menurutnya, Mall Cito merupakan pusat perbelanjaan yang lokasinya cukup strategis karena dekat dengan Bandara Juanda sehingga waktu itu tempat ini tak pernah sepi dikunjungi masyarakat yang ingin berbelanja kebutuhan atau sekedar melepas penat.
Itulah sebabnya sejumlah ritel modern dan terbesar tanah air seperti Hypermart dan Matahari Store membuka jaringannya di Mall Cito.
"Tapi sekarang Hypermart juga sudah tutup, kalau Matahari [store] masih buka di lantai dua [GF] dan tiga [UG]," lanjutnya.
Begitu pula dirinya, juga tertarik berjualan di Mall Cito. Tak tanggung-tanggung, bila kebanyakan tenant hanya hanya menyewa tempat, Arianti tanpa ragu rela mengeluarkan kocek Rp 600 juta untuk membeli stand berukuran kurang dari lima meter persegi.
Sayang nasib berkata lain, usahanya empat tahun belakangan sepi pembeli. Pendapatan tokonya tak sesuai harapan.
Kendati demikian, ia tak patah arang. Walau kecut, Arianti berusaha menjalankan dagangannya sebisa mungkin agar tidak terlalu merugi.
"Toko tetap buka, hari Senin sampai Jumat. Kalau Sabtu Minggu kadang buka kadang tutup," ucap dia.
Ia mengaku nasibnya lebih beruntung dibandingkan tenant lain di Mall Cito yang kebanyakan statusnya sewa bulanan. Para pelaku usaha memilih menghentikan bisnisnya daripada menanggung uang sewa berkisar minimal Rp 1,7 juta per bulan.
"Kalau stand saya ini kan beli, ya dari pada nganggur aku tungguin saja. Kalau yang lain pada nyewa, jadi rugi," tutupnya.