Emak-emak Korban Lelang Arisan di Mojokerto Lapor Polisi, Rugi hingga Ratusan Juta
- M Lutfi Hermansyah/Viva Jatim
Salah satu korban, Siti Farida Nanda Islami (32) mengaku telah 2 tahun mengikuti arisan online sejak 2 dan menyetor uang Rp 16 juta. Selama itu pun tidak pernah mengalami keterlambatan pencairan.
Ia tergiur dengan lelang arisan yang ditawarkan EW. Alasannya mendapatkan kelebihan hasil sebesar 50 persen dan uang akan dikembalikan lebih cepat setelah menyetorkan uang arisan. Perempuan bergaya sosialita ini mengaku awalnya menerima pencairan sebagaimana yang dijanjikan EW.
“Misalnya, saya transfer Rp 35 juta, saya mendapat pencairan Rp 70 juta. Kalau dulu aku lelang itu dijanjikannya 3-4 bulan cair , terakhir-terakhir ini 2-3 hari cair. Untungnya itu 50 persen. Sejatinya tidak masuk akal tapi saya tergiur,” katanya.
Namun, pada bulan Februari 2024 mulai macet hingga sekarang ini. Nanda pun mengalami kerugian mencapai Rp 114 juta. “Dijanjikan (pencairan) tanggal 2,34 Februari sampai Maret. Saya pikir saya saja, ternyata banyak. Arisan juga dijual ke beberepa orang,” ungkapnya.Hal serupa juga dialami wanita berinisial EN (33). Warga Watukosek, Kacamatan Gempol, Pasuruan ini mengaku mengalami kerugian Rp 369 juta.
Menurutnya, EW ini menawarkan arisan milik member yang tidak bisa membayar. Senada dengan Nanda, ia tergiur dengan keuntungan yang dijanjikan EW sebesar 50 persen
“Dia itu mengiming-imingi laba yang besar dari uang yang kita transfer. Ibarat kita beli Ro 35 juta, kita dapatnya Rp 70 juta,” ujarnya.
Belakangan, EN baru mengetahui jika EW menawarkan kepada sejumlah member dengan harga yang sama. Setelah pencairan macet, ia sempat mendesak EW untuk segera mengembalikan uang setorannya. Namun, tak ada hasil. Hanya saja, lanjut dia, EW mengakui jika lelang arisan itu fiktif.