Politikus hingga Forkopimda Jatim Hadiri Halal Bihalal di Rumah Khofifah

Khofifah Indar Parawansa bersama para tokoh saat halal bihalal
Sumber :
  • Istimewa

Saat itu, tahun 1948, kondisi politik memang lagi panas-panasnya. Kiai Wahab kemudian memberikan saran kepada Bung Karno agar mengundang seluruh tokoh politik saat Hari Raya Idul Fitri dengan forum bernama halal bihalal.

Momen Forkopimda Jatim Potong Tumpeng Bareng Ribuan Buruh di Momen May Day

Sejak saat itu, berbagai instansi di era Soekarno menggelar halal bihalal setiap Hari Raya Idul Fitri. Belakangan tradisi itu meluas dan masyarakat ikut melaksanakannya. Lama-lama kebiasaan halal bihalal itu menjadi tradisi tahunan yang digelar masyarakat sampai sekarang.

Khofifah mengatakan, tradisi halal bihalal itu mirip dengan apa yang tergelar di masa Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I atau Pangeran Sambernyawa di Kadipaten Agung di Jawa bagian tengah-selatan saat Indonesia dikuasai VOC.

15 Ribu Porsi Makanan Disuguhkan Pemkab Kediri di Nglencer Ning Pendopo

Saat itu, papar Khofifah, Pangeran Sambernyawa mengadakan pertemuan antara raja dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana setelah salat Idul Fitri. Pada pertemuan itu, diadakan tradisi sungkem dan saling memaafkan kepada raja dan permaisuri.

Kegiatan ini kemudian yang mengilhami organisasi-organisasi Islam untuk menggelar tradisi serupa dengan istilah halal bihalal.

Antusiasme Ribuan Warga 'Nglencer Ning Pendopo' Kediri, Berebut Bertemu Mas Dhito

“Esensi dari halal bihalal ialah jika orang berpuasa, maka Allah SWT memaafkan kesalahan dan dosa-dosanya. Kesalahan dan dosa kepada Allah SWT dapat diampuni jika seorang hamba memperbanyak istigfar dan amalan ibadah,” kata Khofifah.

“Namun, jika melakukan kesalahan kepada sesama manusia, maka Allah SWT mengampuninya jika di antara sesama manusia tersebut telah saling memaafkan. Maka dari itu, di sini lah letak esensi dari dilakukannya tradisi halal bihalal. Saling bertemu, saling berjabat tangan, silaturahmi dan saling memaafkan, kembali menjadi pribasi yang fitri,” kata Khofifah.