Warga Mojokerto Sukses Budi Daya Jambu Taiwan, Segini Omzetnya

Buah Jambu Kristal Taiwan milik Takhiyat
Sumber :
  • Muhammad Lutfi Hermansyah/Viva Jatim

Jatim – Warga Mojokerto berhasil mengembangkan budi daya jambu kristal asal Taiwan. Buah ini dikembangkan di kebun seluas 17000 meter persegi di Dusun Gede, Desa Kedunggede, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto. 

LKPj Gubernur Akhir TA 2023 Disetujui DPRD Jatim, Pj Gubernur: Target Tercapai Optimal

Ia adalah Takhiyat. Pria berusia 60 tahun itu memanfaatkan lahan kosong di sebelah rumahnya untuk budi daya jambu tersebut sejak tahun 2012. Sesuai dengan nama, bibit yang dimiliki Takhiyat berasal dari negara berjuluk naga kecil itu. 

"Iya, bibitnya asli dari Taiwan," " katanya. 

Hadapi Kejuaran Dunia MMA 2024, Atlet Muda Indonesia Disiapkan Sejak Dini

Takhiyat mengajak Viva Jatim untuk berkeliling melihat dan mencicipi buah jambu kristal langsung dari pohonnya. Ia menjelaskan, yang siap dipetik salah satu cirinya adalah dari warnanya. Buah yang sudah berwarna putih itu tandanya sudah siap santap. 

Menurut dia, jambu kristal Taiwan ini berbeda dengan lokal. Jambu kristal Taiwan memilik daging yang tebal dan bijinya sediki.  Disebut kristal karena jika digigit timbul sensai kriuk. Sedangkan jambu kristal lokal sebaliknya. 

Pj Gubernur Adhy Karyono: Jawa Timur Rumah Nyaman bagi Semua Etnis dan Agama

"Ciri-ciri yang sudah bisa dipetik putih. Kelebihan punya saya rasanya ini manis, ada kriuk-kriuknya," tandasnya. 

Dikebunnya Takhiyat memiliki 120 pohon jambu kristal yang ditanam sejak tahun 2012. kini ia hanya merawat sederhana dan setiap hari melakukan pemangkasan batang. Ia juga bisa memanen setiap hari. Rencananya ia akan menanam 50 pohan lagi untuk peningkatan hasil panen. 

"Satu pohon menghasilkan jambu dengan berat sekitar 20 kilogram. Satu biji beratnya bisa 5 sampai 7 kilogram. Kalau satu kebuh bisa 1,3 ton," ungkapnya. 

Dikatakanya, ia menggunakan dua metode penanaman. Yakni, cangkok dan stek. Kebanyakan orang lebih menyukai buah jambu kristal hasil penanaman cangkok. Sebab, menurut dia, rasanya sama persis dengan jambu kristal asli Taiwan. 

"Kebutulan sekarang yang diminati orang sekitar sini itu cangkok. Kalau steak itu rasanya seperti yang dijual di jalan-jalan," kata Pak Yat, sapaan karibnya. 

Hasil panen budi daya ini, lanjut dia, sudah tembus Supermarket. Seperti Carrefor. Selain iti dirinya juga membuka kebunnya sebagai agrowisata bagi masyarakat. Bahkan kerap kali warga sekitar memetik dan memakannya di kebun. 

’’Kalau langsung metik ke sini, per kilonya saya jual Rp 13 ribu. Kalau masuk supermarket atau reseller saya kasih Rp 10 ribu perkilonya," terang pria dua cucu ini. 

Dari perkebunan ini, Pak Yat mampu meraup untung sekitar Rp3 juta per bulan. Namun angka itu tidak pasti, sebab bergantung kondisi cuaca. Jika cuanca sedang panas, pohon berbuah lebih banyak.