Pemuda Buddha Isi Libur Imlek dengan Kajian Lintas Agama, Ini Hasilnya
- Nur Faishal/ Jatim Viva
"Jadi, perempuan itu bisa memiliki kemampuan intelektual dan spiritual yang sama dengan laki-laki," ujarnya.
Di agama Buddha, ada dua jenis kehidupan yang dianjurkan oleh sang Buddha. Pertama, kelompok yang menjalani kehidupan rumah tangga layaknya pasangan suami istri pada umumnya. Kedua, kelompok yang meninggalkan rumah tangga, tujuannya bukan hanya tidak berumah tangga, tapi punya tujuan spiritual tertinggi yang artinya tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
"Pada saat sekarang ini pun, Buddhis sendiri memberikan keleluasaan terhadap peran perempuan dalam memilih kehidupan mereka, mengembangkan potensi mereka mau jadi apa, dan berkarya seperti apa. Tujuannya agar perempuan ini memiliki kebebasan dalam mengembangkan dirinya. Ini sangat baik karena perempuan diposisikan sebagai manusia seutuhnya dalam konteks ajaran Buddha," imbuhnya.
Oleh karena itu, melalui pertemuan dan kajian ini dia berharap dapat menyadarkan semua perempuan dan dapat mengambil pelajaran.
"Semoga pertemuan ini bermanfaat bagi kita semua, dan kemanusiaan penuh bagi seorang perempuan semakin utuh," tegasnya.
Sementara itu, Tokoh agama Islam Dr. Nur Rofiah juga menjelaskan agama Islam sudah menegaskan bahwa perempuan itu adalah manusia. Artinya, tindakan apapun yang tidak manusiawi kepada perempuan itu bertentangan dengan agama. Makanya, perempuan itu tidak boleh dianggap sebagai hamba laki-laki, karena di hadapan Tuhan, antara laki-laki dan perempuan itu sama, yaitu sama-sama hamba Tuhan.
"Nah, Islam itu arti generiknya pasrah total kepada Tuhan. Keislaman kita adalah proses terus menerus untuk membuktikan kepasrahan total hanya kepada Tuhan dengan berbuat kepada semua penciptaan-Nya, termasuk kepada seorang perempuan," tegasnya.