Penyakit Anemia Bisa Picu Anak Stunting, Begini Solusi Dokter

Ilustrasi anak remaja sakit
Sumber :
  • Nur Faishal/ Jatim Viva

JatimStunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak. Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, angka stunting di Indonesia masih mencapai 21,6 persen. 

Pj Gubernur Jatim Apresiasi Peran PKK dalam Menekan Stunting hingga 17,7 Persen

Faktor risiko lain stunting adalah infeksi berulang, tinggal di daerah padat penduduk, penggunaan air bersih yang kurang, sarana air minum yang kurang bersih sehingga anak berulang kali diare. Hal ini memicu terjadinya defisiensi energi dan protein. 

Dokter Spesialis Gizi Klinik, dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, Sp.GK menjelaskan bahwa anemia bisa terjadi pada semua siklus kehidupan, mulai dari remaja. 

Sekretaris PWNU Jatim: Idul Fitri Momentum Perkokoh Ekosistem Sosial

Karenanya, sebagaimana dikutip dari viva.com mengatakan bahwa beberapa jurnal yang berdasarkan bukti menyebutkan stunting dan anemia sangat berkolaborasi dekat. 

Untuk mengatasi anemia dilakukan dari remaja putri agar kandungan hemoglobin atau Hb baik pada saat dia hamil di kemudian hari. Sehingga, risiko anemia pada saat hamil menjadi kecil. Hal ini penting sebab anemia bisa menyebabkan berat bayi lahir rendah (BBLR) hingga stunting.

Atasi Stunting, Ribuan Bungkus Abon Ikan Kembung Dibagikan kepada 250 Balita di Surabaya

dokter Nurul menambahkan, prevalensi anemia banyak terjadi pada ibu hamil muda, yaitu usia 15-34 tahun. Menurut penelitian yang sejalan di Asia dan Afrika menunjukkan bahwa ibu-ibu yang hamil di usia muda karena pernikahan dini banyak yang anemia dan melahirkan BBLR, sebagian besar bayi mengalami anemia, kemudian stunting. 

"Bayi yang anemia akan berlanjut sampai anak-anak," tambah dokter Nurul dalam kegiatan Aksi Gizi Generasi Maju yang dilaksanakan di Lombok belum lama ini.

Halaman Selanjutnya
img_title