Aliansi Organis Indonesia Tebar Virus Organik kepada Puluhan Petani Milenial di Mojokerto

Ppelatihan Organic Youth Camp (OYC) 2023 di Mojokerto
Sumber :
  • M. Lutfi Hermansyah/Viva Jatim

Namun, lanjut Pius, para petani tidak hanya sekedar mendengarkan materi dari narasumber. mereka juga bisa saling berbagi pengalaman dan bertukar pikaran. 

BPKAD Optimis Target 500 Aset Pemkab Kediri Tersertifikasi

"Mereka sangat kaya dengan pengalamannya masing-masing. Mereka ada dari petani perkebunan, petani padi, petani holtikultuta, dan lain-lain. Saya kira ini akan memperkaya teman-teman untuk saling berbagi-bagi. Sehingga semua akan menjadi narasumber," jelasnya. 

Selain mendapatkan ilmu, puluhan petani muda tersebut otomatis masuk dalam jejaring pertanian organik di Indonesia. Mereka diharapkan mampu mengepakkan sayap dan menjadi generasi baru untuk menggarap peluang pasar yang sangat besar untuk produk pertanian organik. Baik pasar ekspor maupun dalam negeri. Sehingga bekerja di sektor pertanian tak akan kalah dengan sektor industri maupun jasa.

TKI hingga Warga Tertipu Arisan Bodong di Bojonegoro, Kerugian Mencapai Rp 925 Juta

"Pasar ekspor sangat terbuka ke hampir semua negara Eropa dan Amerika tentunya dengan standar organik masing-masing negara. AOI memastikan para petani bisa memenuhi standar pasar ekspor. Yang sudah ekspor ada gula semut, kakao dan kopi. Kalau sayur, beras, buah masih sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, khususnya di kota-kota besar," beber Pius. 

Para petani organik milenial juga diharapkan mampu mengubah mindset pertanian konvensional di Indonesia yang didominasi petani usia 50-70 tahun. Angka pertani tua mencapai 75 persen. Sedangkan data BPS tahun 2021 menunjukkan hanya 19,18 persen pemuda bekerja di sektor pertanian.

Dakwah ke Masyarakat Pegunungan, Kiai Ali Basthom Tak Anti Kejawen

Seperti diketahui mayoritas petani terlanjur bergantung pada benih, serta pupuk dan pestisida kimia yang harus mereka beli. Karena pupuk dan pestisida kimia menunjukkan efek yang instan terhadap tanaman. Padahal, penggunaan bahan kimia justru merusak tanah dan berbahaya bagi kesehatan.

"Dalam pertanian organik, petani membuat benih, pupuk dan pestisida nabati sendiri. Ujung-ujungnya membuat petani sejahtera. Selain itu, konsep pemupukan harus diubah, bukan memupuk tanaman, tapi memupuk tanahnya. Pupuk kimia membuat tanaman hijau, tapi tanahnya keras. Beda kalau kesuburan tanahnya dipulihkan, ditanami apapun pasti tumbuhnya bagus," ujar Pius.

Halaman Selanjutnya
img_title