IDI Cabang Malang Raya Tolak RUU Kesehatan: Demi Menyelamatkan Masyarakat

Perwakilan dokter yang tergabung dalam IDI Cabang Malang Raya
Sumber :
  • viva.co.id

Jatim –Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Malang Raya menggelar aksi damai menolak Rancangan Undang-undang (RUU) Omnibuslaw tentang kesehatan. Mereka ingin agar pemerintah mempertahankan Undang-undang 38 tahun 2004 tentang kesehatan. 

Hindari Anak dari Susu Berperisa, Bisa Kena Diabetes Sejak Kecil

Ketua IDI Cabang Malang Raya, Sasmojo Widito mengatakan bahwa penolakan RUU Kesehatan demi menyelamatkan masyarakat. Mereka ingin pemerintah menetapkan IDI sebagai organisasi profesi dokter tunggal karena telah memiliki etik dan norma profesi selama puluhan tahun. 

"IDI bukan hanya untuk kepentingan dokter, justru adanya IDI untuk melindungi masyarakat. Satu-satunya organisasi yang memiliki kode etik kedokteran di Indonesia dan sudah puluhan tahun. Kalau organisasi tidak tunggal nanti ada organisasi lain dan etikanya bisa macam-macam," kata Sasmojo, Senin, 8 Mei 2023. 

Geger Temuan Potongan Payudara Punya Pengidap Kanker, Ini Kata IDI Jatim

IDI Cabang Malang Raya menganggap RUU Kesehatan yang baru berpotensi mengkriminalisasikan dokter. Sementara para dokter membutuhkan perlindungan hukum dalam menjalankan tugas pelayanan kesehatan.  

“Mungkin seringkali rasa aman dalam menjalankan profesi ini dianggap sebagai hak imunitas atau kekebalan. Namun hak mendapatkan rasa aman ini bukan berarti untuk melindungi profesi dokter, tak lain untuk memberikan keselamatan pasien dan keadilan bagi penerima layanan kesehatan,” ujar Sasmojo.

Langkah IDI dan 4 Organisasi Profesi Kesehatan Usai RUU Kesehatan Disahkan

Sasmojo menilai dalam draft RUU Kesehatan terdapat poin yang mengizinkan ada organisasi lain selain IDI. Katanya, ini cukup berbahaya bagi masyarakat. Karena seorang dokter bermasalah yang melanggar kode etik dan disiplin IDI berpotensi menyebrang ke organisasi lain.  

"Kalau ada 3 atau 2 organisasi, maka dokter yang bermasalah akan pindah ke organisasi lain. Kalau banyak organisasi, konsekuensinya pada masyarakat karena etika dokter akan berbeda beda sesuai organisasi," tutur Sasmojo. 

Halaman Selanjutnya
img_title