Data Korban Tragedi Kanjuruhan Simpang Siur, GM FKPPI Jatim Minta Ini
- Nur Faishal/Viva Jatim
Jatim – Generasi Muda Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI-Polri (GM FKPPI) Jawa Timur mempertanyakan manajemen penanganan Tragedi Kanjuruhan yang kurang bagus. Salah satu akibatnya ialah informasi soal data jumlah korban simpang siur. Karena itu GM FKPPI Jatim meminta pencatatan data korban dilakukan terpusat dan satu pintu.
Memang, sejak awal peristiwa Tragedi Kanjuruhan terjadi pada Sabtu, 1 Oktober 2022, data jumlah korban, baik yang meninggal dunia maupun yang luka-luka, tidak jelas. Ada beberapa data yang berseliweran di media sosial yang antara satu dengan lain tidak sama. Begitu pula data yang disampaikan pejabat berwenang juga tidak sama satu sama lain.
Contohnya ialah keterangan yang disampaikan Presiden Joko Widodo pada Minggu, 2 Oktober 2022, yang menyebut jumlah korban sebanyak 129 orang meninggal dunia. Sepertinya, Jokowi merujuk pada keterangan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa yang dalam konferensi pers di Malang menyebutkan bahwa data korban meninggal dunia sebanyak 129 orang.
Beberapa jam kemudian, BPBD Jatim mengumumkan data korban meninggal dunia bertambah menjadi 174 orang. Data BPBD Jatim itu kemudian dijadikan acuan oleh Wagub Jatim Emil Elistianto Dardak. Tak lama kemudian, Emil mengoreksi pernyataannya dan menyampaikan jumlah korban meninggal dunia sebanyak 131 orang. Dia menyebut terjadi pencatatan ganda oleh BPBD Jatim, yang merujuk pada data Dinkes Jatim.
Malamnya, Minggu, 2 Oktober 2022, baru Kepala Kepolisian RI Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo menegaskan bahwa data sementara jumlah korban meninggal dunia sebanyak 125 orang. Data tersebut didasarkan pada hasil identifikasi tim DVI Polri per Minggu, 2 Oktober 2022. Data dari Kapolri itulah kemudian yang dijadikan rujukan.
Menanggapi itu, Ketua Pengurus Daerah XIII GM FKPPI Jatim R Agoes Soerjanto sangat menyesalkan kesimpangsiuran data korban tersebut. Sebab, kondisi itu bisa menjadi pemicu munculnya hoaks di tengah masyarakat yang mencari informasi soal Tragedi Kanjuruhan.
"Kejadian di Kanjuruhan sangat memilukan. Memantik empati luar biasa. Tidak hanya mendapat perhatian dari dalam negeri, tapi juga dunia internasional. Sangat disayangkan jika data yang disampaikan berbeda-beda," kata Agoes dalam keterangannya, Senin, 3 Oktober 2022.
Menurutnya, pemerintah harus segera membuat lembaga atau tim khusus yang ditunjuk menjadi rujukan data yang akan dikeluarkan. Pencatatan data terpusat ini penting, agar tidak semua orang bisa menyampaikan data sesuai yang ia dapat, sehingga akhirnya data yang disampaikan berbeda satu dengan yang lainnya.
"Setelah kejadian ini, banyak instansi yang ingin memberikan bantuan kepada korban. Namun dengan simpang siurnya data, bagaimana bantuan itu bisa tersalurkan dengan tepat?. Jadi harus ada data yang akuntabel by name by address, yang dikeluarkan lembaga resmi," ungkap Agoes.
Sekretaris GM FKPPI Jatim, Didik Prasetiyono menambahkan, berbicara korban tidak hanya yang meninggal dunia saja. Tapi juga korban yang selamat, baik yang luka ringan, luka berat dan yang mengalami depresi atau trauma. Sebab yang datang ke stadion juga banyak dari kalangan ibu-ibu, anak-anak bahkan balita.
"Mereka yang selamat juga harus mendapat perhatian. Bagi yang sedang dirawat di rumah sakit jelas, Gubernur Jatim Bu Khofifah telah memberikan arahah akan menanggung biaya pengobatan," jelas Didik.
Direktur Utama PT SIER ini, korban yang selamat juga mengalami depresi dan trauma juga harus mendapat perhatian. Harus ada yang memberikan post-trauma healing dan bantuan psikolog kepada mereka. Sebab yang mengalami depresi dan trauma juga termasuk korban.
Atas kejadian yang menyayat rasa kemanusiaan itu, Didik menyampaikan bahwa GM FKPPI merasa sangat prihatin dan berduka sangat mendalam. Semoga kejadian ini bisa menjadi pembelajaran semua pihak. Bahwa tidak ada kemenangan dalam sepakbola yang seharga nyawa.