Prof Nuh: Idul Adha dan Ibadah Haji Ajarkan Semangat Menang Bersama
- Nur Faishal/Viva Jatim
“Tidakkah, salat berjamaah memiliki nilai yang jauh lebih besar dibanding sholat sendirian. Dan tidakkah, mendahulukan kepentingan umum, dibanding kepentingan diri, termasuk bagian dari kemuliaan dan pengorbanan,” kata Mustasyar PBNU itu.
Berangkat dari titik persamaan, dikembangkan menjadi garis, bidang dan akhirnya menjadi ruang persamaan. Proses lahirnya NKRI, Pancasila dan UUD 1945, menurutnya, tidak lain adalah hasil dari semangat persamaan dan ke-Kitaan. Bukan semangat perbedaan dan ke-Akuan.
"Tugas kita adalah menciptakan sebanyak-banyaknya ruang persamaan dan merawatnya dengan baik. Mulai dari kesamaan sebagai manusia ciptaan Allah (ukhuwah basyariyah), sesama warga bangsa (ukhuwah wathonyah), sesama umat Islam (ukhuwah Islamyah) dan titik-ruang persamaan lainnya,” katanya.
Selain Ibadah Haji, setiap kali memasuki bulan Dzulhijjah, juga diingatkan tentang pentingnya meneladani Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS, terkait pentingnya menyiapkan generasi yang memiliki keutuhan kompetensi sikap (attitude), ketrampilan (skills) dan pengetahuan (knowledge).
“Generasi yang memiliki keutuhan kekuatan logika (kebenaran), etika (kebaikan) dan estetika (keindahan). Itulah nilai keteladanan yang luar biasa, yang bisa kita ambil, diantaranya pentingnya hujjah atau pola pikir berbasis rasionalitas, pola pikir terbuka (open mind) di dalam proses mencari kebenaran. Juga, pentingnya membangun dalam skala dzurriyat (generasi bergenerasi), yang berbasis pada tiga hal, yakni tilawah (skills), ta’allim (knowledge) dan tazkiyah (attitude), sebagaimana do’a Nabi Ibrahim bersama Nabi Ismail [QS: 2:129],” katanya.
Dalam hadits-nya, Nabi Muhammad SAW mengajarkan amalan yang memiliki nilai kemanfaatan sewaktu di dunia sampai di akhirat adalah sedekah jaryah, ilmu yang bermanfaat atau anak yang sholeh yang mau mendoakan orang tuanya. Kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS juga mengajarkan kepatuhan sang anak kepada orang tuanya.
“Jika manusia mati, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, atau anak shalih yang selalu mendo`akan orang tuanya,” (HR. Muslim).