'Janggelan' Bahan Cincau di Trenggalek Lebihi Pendapatan, Hasilkan 30 Ton per Bulan

Janggelan (bahan cincau hitam) di Trenggalek tumbuh subur.
Sumber :
  • Madchan Jazuli/Viva Jatim

Dirinya mengaku, tanaman cincau hitam miliknya menggunakan sistem tumpang sari. Ada tanaman lengkuas, namun harga lengkuas saat ini sedang berada di bawah.

Mas Ipin di Festival Pengendalian Lingkungan KLHK: Ekologi-Ekonomi Beriringan

Lahan cincau hitam milik Yaji seluas satu seperempat hektare. Menurutnya, bagi dirinya lumayan sebagai penghasilan, meski tak banyak perawatan mampu sebagai penopang kebutuhan saat dibutuhkan.

"Hasilnya tiap panen Rp 250 sampai Rp 500 ribu jika di panen bersamaan. Penghasilan tergantung  harga pasar yang naik turun dan musim penghujan atau kemarau," bebernya.

FL2SN Trenggalek 2024 Resmi Dibuka, Mas Syah: Upaya Cari Bibit Berprestasi

Senada, penggerak Desa Sejahtera Astra (DSA), Agus Yusuful Hamdani mengungkapkan mendapatkan pendampingan dari Astra dua kali. Pertama di tahun 2019 untuk komoditas porang, lalu kedua untuk komoditas Janggelan atau bahan pembuatan cincau hitam.

Gus Yusuf mengungkapkan bahwa dari segi harga, Janggelan lebih stabil bila dibandingkan Tanaman Porang. Tumbuhan tersebut tersebar di sepuluh desa di Kecamatan Pule.

Momen Banser di Trenggalek Periksa Kesehatan Puluhan Emak-emak

Membentang mulai Desa Jombok, Suko Kidul, Karanganyar, Tanggaran, Poyung. Lalu Desa Sidomulyo, Joho, Kembangan, Pakel, serta Desa Pule.

"Naik turunnya tidak seekstrem porang. Ada basah ada kering harga basah sama harga kering itu berbeda. Kalau janggelan itu di isaran antara mulai Rp 10 sampai 20 ribu, intensitasnya bisa diprediksi," bebernya.

Halaman Selanjutnya
img_title