Target Eri Cahyadi: 2023 Kemiskinan di Surabaya Wajib Tuntas!

Dok. Relokasi warga Kampung 1001 Malam
Sumber :
  • IST/Viva Jatim

Jatim – Pemkot Surabaya berharap bisa segera menyelesaikan masalah kemiskinan di 2023. Merujuk data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), tercatat ada sebanyak 23.523 warga Kota Pahlawan mengalami kemiskinan ekstrem di 2019. 

Sempat Direvitalisasi, Kondisi Bunker Tegalsari Surabaya Kini Tak Terurus

Untuk itu, Pemkot tengah mengklasifikasi data Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) berdasarkan desil, agar intervensi kepada keluarga miskin tepat sasaran. 

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi mengatakan, pada 2023 mendatang, Pemkot menargetkan dapat menyelesaikan persoalan kemiskinan desil 1 dan 2. Sebab, kategori ini masuk dalam MBR yang pengeluarannya di bawah Rp 690 ribu/kapita. 

Ahmad Dhani dan Bayu Dinilai Sepadan Lawan Eri-Armuji di Pilwali Surabaya

"Kalau pendapatannya kurang dari itu maka masuk dalam keluarga miskin. Keluarga miskin ini berarti masuknya desil 1," kata Eri Cahyadi, Selasa 18 Oktober 2022.

Ia menjelaskan, bahwa untuk mengentas kemiskinan, secara otomatis maka pendapatan keluarga itu harus dibesarkan. Sementara untuk beban pengeluarannya harus berkurang. 

Isu Poros Baru di Pilwali Surabaya: Gerindra Sodorkan Dhani, Golkar Siapkan Bayu

Hal itu pun telah dilakukan Pemkot seperti misalnya kepada warga penghuni rumah susun sewa sederhana (Rusunawa).

Baca juga: BKKBN Catat 23.523 Warga Surabaya Miskin Ekstrim, Ini Langkah Pemkot

"Beberapa warga miskin misal tinggal di rusun itu kita kasih pekerjaan. Kita juga lakukan terkait pengeluarannya misal pembayaran rusun dikurangi dan ini sudah kita lakukan," ungkapnya.

Eri menyebut, bahwa program padat karya yang telah berjalan tak hanya menyasar kepada warga miskin di Rusunawa. Tapi juga menyasar kepada warga miskin yang tinggal di perkampungan. 

Langkah mengentas kemiskinan yang dilakukan itu seperti di antaranya melalui program padat karya seperti cuci mobil dan pembuatan paving.

"Dulu ada yang mengatakan tidak mungkin warga miskin bisa dapat Rp 6 juta. Ternyata dengan (program padat karya) pembuatan paving itu bisa dapat Rp 6 juta," ungkap Eri.

Bentuk Koperasi

Bagi keluarga miskin yang memiliki keahlian fisik, Eri juga meminta kepada jajarannya agar dibentuk koperasi. Sehingga pada 2023, mereka bisa mengikuti proyek pembangunan infrastruktur seperti pekerjaan saluran di perkampungan. 

Tentu saja, masih kata Eri, sebelumnya mereka akan dilatih dan didampingi agar bisa masuk ke dalam e-katalog.

"Jadi Pemkot kalau ada dana kelurahan yang mengerjakan tidak perlu lagi pakai e-lelang, tapi dari warga Surabaya dihitung per orangnya berapa. Inilah salah satu cara mengentas kemiskinan," jelasnya.

Baca juga: Respons Cepat Eri Cahyadi, BLT BBM Khusus Ojol Segera Cair

Bagi Eri, cara mengentas kemiskinan bukanlah warga tersebut terus digelontor bantuan. Sebab, intervensi bantuan yang diberikan itu hanya bersifat sementara. Karenanya, Pemkot getol membuka lapangan kerja melalui sejumlah program padat karya.

"Kalau kemiskinan hanya dikasih bantuan saja tidak dipikirkan pekerjaannya apa, maka hari ini dia hanya menerima bantuan tapi tidak tahu di tahun depan mau ngapain. Makanya di Surabaya ada pembuatan paving, cuci mobil dan macam-macam yang itu sebenarnya untuk mengentas kemiskinan," jelasnya.

Eri menegaskan, bantuan memang perlu diberikan di awal untuk dapat mengurangi beban pengeluaran dari keluarga miskin tersebut. Namun, pemberian bantuan harus diimbangi dengan penyediaan lapangan pekerjaan.

"Bantuan kita berikan untuk mengurangi pengeluaran, tapi setelah itu kita siapkan pekerjaan. Sehingga bantuan ini di titik tertentu kita hentikan. Dan pekerjaan mereka jalankan sehingga ada pendapatan," papar dia.

"Harapan saya di tahun depan, 2023, targetnya itu desil 1 dan desil 2 selesai. Jadi yang paling rendah itu desil 1 dan 2. Nanti desil 3 dan 4 atau prasejahtera ini kita pertahankan agar tidak sampai jatuh miskin," pungkasnya.