Transplantasi Terumbu Karang 570 Bioriftek di Pantai Mutiara Trenggalek
- Istimewa
Trenggalek, VIVA Jatim –Semburat mentari hampir bersemayam di peraduannya, Kacuk Wibisono masih berada di Teluk Pantai Mutiara. Ia tetap setia menemani rombongan dari Ngawi yang menginap satu malam di homestay tak jauh dari bibir pantai.
Ombak kecil menerjang, senja menghadirkan ketenangan. Nampak beberapa pengunjung tengah asyik bermain-main air laut, sesekali berswafoto mengabadikan momen siluet.
Kacuk Wibisono merupakan Relawan Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Rembeng Raya Pantai Mutiara Trenggalek. Ia telah beberapa tahun mendarmabhaktikan sdirinya berawal dari keprihatinan keadaan karang di wilayah Pantai Mutiara yang semakin jarang ditemui, mulailah pada 2020 melestarikan tanaman bawah laut.
Pria asal Dusun Karanggandu, Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo Trenggalek ini mengatakan saat ia masih sekolah dasar SD sebelum sekitar tahun 1991, terumbu karang masih penuh.
Ingatan Kacuk masih amat hafal, mulai yang saat ini dekat pintu masuk loket sampai Pantai Mutiara 2 dulu masih terjaga. Dorongan itulah yang menggerakkan hati para relawan mengembalikan ekosistem terumbu karang.
"Nah hancurnya karena kita main cangkul kecil atau kita ambil ikannya kecil-kecil dimasak sayur membuat lontong sompel. Sehingga rusak, akhirnya kita sadar ya kita rehabilitasi," ujar Kacuk beberapa waktu lalu ditemui di warung hanya 50an meter dari bibir Pantai Mutiara.
Catatan Balai Penelitian dan Observasi Laut menyebut Bioriftek sudah dikenalkan sejak 2008 silam, merekonstruksi ulang terumbu karang memanfaatkan bahan alami seperti tempurung kelapa sebagai media untuk penempelan larva planula karang sampai menjadi individu baru (terumbu).
Berbagai macam teknik transplantasi karang diantaranya memakai teknik patok, penggunaan 1 jaring, substrat, rangka serta kombinasi jaring dan substrat atau rangka. Kesulitan dalam mengaplikasikan teknik-teknik ini menjadi kendala sehingga jarang dilakukan oleh masyrakat.