Elektabilitas Capres Prabowo kian Memuncak gegara Sikap Blunder PDIP

Capres Cawapres Prabowo-Gibran Nomor Urut 2
Sumber :
  • Nur Faishal/Viva Jatim

Surabaya, VIVA Jatim – Masa kampanye Pilpres 2024 sudah berlangsung kurang lebih sepekan. Masing-masing pasangan capres-cawapres pun terus melakukan kampanye ke sejumlah daerah dengan aneka cara tersendiri. Namun sejauh ini, elektabilitas Prabowo Subianto, Capres nomor urut 2 kian memuncak meninggalkan dua capres lainnya. 

Bicara Ketahanan Pangan, Presiden Prabowo Subianto Mendapat Kunjungan Dubes Tiongkok

Seorang pakar politik, Burhanuddin Muhtadi menganalisa elektabilitas Prabowo yang perlahan naik hingga sebelum kampanye. Dia merujuk hasil terakhir survei Indikator Politik Indonesia dengan kepuasan terhadap Presiden Jokowi sebelum kampanye tercatat 75,8 persen.

"Itu yang puas, yang tidak puas kurang lebih 23-25 persen. Tergantung. Jadi, taruhlah 25 persen tidak puas. Nah, sebelumnya ini captive-nya Anies Baswedan," kata Burhanuddin dikutip dari VIVA, Rabu, 6 Desember 2023.

Mencuat Isu Presiden Prabowo Hindari Bertemu Jokowi, Istana Singgung Matahari Kembar

Menurut dia, belakangan ini capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo yang diusung PDIP lebih dekat ke narasi perubahan yang identik dengan capres nomor urut 1 Anies Baswedan. Burhanuddin membaca kondisi itu dengan Anies dan Ganjar seperti memperebutkan segmen kecil yaitu 25 persen berdasarkan hasil survei terakhir Indikator Politik Indonesia.

"Itu kolam yang kecil. Kolam yang gede adalah kolam yang puas dengan Presiden Jokowi. Sekitar 75-an persen tadi," ujar Burhanuddin.

Tanggapan Jokowi terkait Tudingan Cawe-Cawe terhadap Mutasi Putra Wapres ke-6 Try Sutrisno

Dia mengatakan berbeda hasil survei saat Ganjar Pranowo masih co branding dengan Jokowi. Kata Burhanuddin, hasil survei Ganjar ketika itu mendominasi kolam yang puas dengan Jokowi.

Namun, untuk saat ini, Prabowo bisa unggul versi survei karena dipersepsikan dekat dengan Jokowi. Apalagi, setelah putra sulung Jokowi yaitu Gibran Rakabuming Raka jadi cawapres mendampingi Prabowo.

"Kolam yang puas sama Presiden Jokowi. Tapi, setelah Gibran menjadi pendamping Prabowo, kolam yang besar ini didominasi oleh Prabowo," jelas Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia tersebut.

Adapun menurut dia Prabowo juga masih bisa mengambil di segmen pemilih yang tak puas terutama dari loyalis lamanya.

"Jadi, sebenarnya Prabowo meningkat itu bukan semata-mata karena kecanggihan kampanye Prabowo-Gibran, tapi karena blunder yang diciptakan PDI Perjuangan," ujar Burhanuddin.

Bagi dia, blunder PDIP itu karena menarik diri dari kolam besar masuk ke kecil. Dia menyampaikan argumennya bahwa Ganjar dan PDIP tak bisa langsung masuk berubah 180 derajat dari narasi keberlanjutan ke narasi perubahan. "Karena itu terlalu drastis. Jadi, perlu bridging, jembatan," tuturnya.

Menurut dia, 'jembatan' yang dimaksud seperti semacam kritik terhadap kinerja Presiden Jokowi dengan bahasa tertentu.

"Nah, jembatannya misalnya melakukan semacam kritik kepada kinerja Presiden Jokowi dengan bahasa misalnya perbaikan. Jadi, bukan 100 persen perubahan," kata Burhanuddin.

Bantahan Elite PDIP

Terkait analisa Burhanuddin, VIVA sudah minta tanggapan dari elite PDIP seperti Andreas Pareira hingga Guntur Romli. Untuk Guntur Romli merespons. Dia menepis analisa Burhanuddin soal blunder PDIP.

Dia mengatakan demikian karena PDIP dinilainya tak blunder. Namun, kubu Prabowo yang tampak berhasil membangun opini kedekatan dengan Jokowi. Bagi dia, hal itu sebenarnya penipuan terhadap publik.

"Program Jokowi ya program PDI Perjuangan. Prabowo baru gabung 4 tahun lalu, tapi seakan-akan paling dekat dengan Jokowi," kata Guntur saat dikonfirmasi VIVA, Selasa, 5 Desember 2023.

Guntur menyampaikan sikap Ganjar terhadap pemerintahan Jokowi adalah keberlanjutan, percepatan sekaligus perbaikan.

"Pemerintahan Jokowi sudah bagus, tapi tetap ada hal-hal yang harus diperbaiki," ujar Guntur.

Artikel ini telah tayang di VIVA.co.id dengan judul Pakar: Elektabilitas Prabowo Naik Bukan Semata-mata Kecanggihan Kampanye tapi karena Blunder PDIP