Hari-hari Mencekam Handoko saat Mencari Ayahnya yang Hilang Usai G30S

Handoko menunjukkan potret ayahnya, Mochammad Sarkawi.
Sumber :
  • Mokhamad Dofir/Viva Jatim

Meski bebas, Handoko tetap saja menjalani kehidupan penuh diskriminasi. Teror dan intimidasi waktu itu selalu dia terima, baik dari pemerintahan maupun lingkungan sekitar. 

Sebulan sekali ia diwajibkan mengikuti apel bersama tahanan politik lain di kantor Kecamatan Tegalsari, Surabaya. Bukan itu saja, kartu tanda penduduk yang diterbitkan untuknya juga terdapat kode ET sehingga sulit mencari pekerjaan.

"Saya sudah pulang nggak diakui, kita butuh kerja, kan, butuh surat-surat. Akhirnya saya kerja [jadi tukang] tambal ban,” tutup Handoko.