Hari-hari Mencekam Handoko saat Mencari Ayahnya yang Hilang Usai G30S

Handoko menunjukkan potret ayahnya, Mochammad Sarkawi.
Sumber :
  • Mokhamad Dofir/Viva Jatim

Sejak itu Handoko resmi menyandang status sebagai tapol. Setahun kemudian, ia dipindah ke Penjara Kalisosok Jalan Kasuari. Di sana, ia ditempatkan di Blok G1. Di sana, Handoko memanfaatkan waktu dengan mengorek informasi tentang keberadaan ayahnya kepada para tapol lainnya. 

Handoko kemudian bertemu Heru Lili dan Dokter Tanu. Dari bibir keduanya, keberadaan Sarkawi menemui titik terang. Menurut Heru dan Dokter Tanu, Sarkawi bersama beberapa orang lainnya, termasuk Moerachman, di kawasan Gunungsari. 

Heru Lili dan Dokter Tanu mulanya juga ditahan di Gunungsari. Satu waktu, mereka semua diangkut petugas dengan truk menuju kawasan Kalijagir. Di tengah perjalanan, persis di timur Stasiun Wonokromo, sebuah jip mengadang. Truk pun berhenti. 

Dari dalam jip, seseorang kemudian meminta Heru Lili dan Dokter Tanu keluar. Keduanya lalu dibawa ke Penjara Kalisosok. Sementara orang-orang yang lain dibawa ke arah timur. Menurut cerita, mereka dieksekusi dan jasad mereka dibuang di Kalijagir.

“Itu baru tahu kalau bapak saya, sudah saya putuskan mati,” ujar Handoko.

Handoko kemudian dipindah ke penjara Pulau Nusakambangan setelah tiga tahun dibui di Kalisosok. Pada 1977, ia kemudian dikirim ke Pulau Buru, daerah yang dikenal dalam sejarah sebagai tempat pembuangan para tapol. Di sana Handoko tinggal bersama ribuan tapol, termasuk Pramoedya Ananta Toer.

Handoko dibebaskan pada akhir 1979. "Saya dibebaskan hampir [gelombang] terakhir kalau tidak salah. Naik kapal, kapalnya waktu itu dipakai kapal haji,” ucapnya.