Canda Tawa Bareng Hasto Sambil Nguliner di Surabaya: Kopi Tariknya Pas

Nongkrong bersama Hasto sambil ngopi
Sumber :
  • Andrian/Viva Jatim

Jatim – Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto benar-benar menikmati suasana Kota Pahlawan. Rabu malam, 9 November 2022, usai memberikan arahan kepada sekitar 2 ribu kader banteng se-Surabaya, ia nongkrong di warung kopi di kawasan Jalan Embong Malang. 

Pilkada Lamongan 2024: Yuhronur Efendi Daftar di PDIP, Ketua PKB Daftar di NasDem

Hasto bercengkerama dengan para kader PDIP tingkat kecamatan se-Surabaya sambil menikmati kopi tarik hangat pesanannya. Canda-tawa pun tercipta, tak ada sekat di antara mereka.

“Cuacanya pas. Seusai hujan tadi siang, memang pasnya menikmati minuman hangat. Kopi tariknya pas rasanya,” ujar Hasto.

Respons Mas Dhito Masuk Bursa Cawagub dari PDIP Pendamping Khofifah

Kopi tarik yang dipesan Hasto, memadukan kopi orisinal dan susu. Olahannya menerbitkan busa di permukaan minuman, menambah cita rasa saat menyesapnya. 

Sambil bercerita berbagai hal, mulai dari politik, film, potensi UMKM, hingga anekdot, tak terasa kopi tarik di cangkir putih yang dipegang Hasto pun tandas.

PDIP Cermati Peluang Anies-Ahok untuk Diusung di Pilkada Jakarta 2024

Selain kopi tarik, Hasto juga menikmati kerupuk ikan yang disajikan di warung tersebut. Kerenyahan dan rasa ikan yang terasa kuat, rupanya menarik perhatian Hasto. 

Baca juga: Berdayakan 100 MBR, Hasto Puji Konsep Rumah Padat Karya Surabaya

Di Surabaya, Hasto juga menjajal ‘rawon setan’ yang legendaris dan kesohor. Kuahnya yang segar dan daging yang empuk, berpadu dengan kerupuk dan telur bebek alias telur asin, membuat rawon khas Surabaya itu selalu dinanti penikmat kuliner.

“Kita harus bangga pada kekayaan kuliner Nusantara. Bumbu-bumbunya khas, sangat unik sesuai karakter daerah. Bahkan meski berasal dari satu jenis masakan, antar daerah itu beda cara masak dan penyajiannya. Rasanya pun bisa beda di tiap daerah, meski itu satu jenis masakan yang sama,” ujarnya.

Buku Mustika Nusantara

Dengan kesadaran itulah, lanjut Hasto, Bung Karno menginstruksikan adanya dokumentasi resep makanan Nusantara dalam buku “Mustika Rasa”. 

Buku setebal lebih dari 1.000 halaman itu berisi resep makanan Nusantara dari berbagai penjuru Tanah Air, terbit pada 1967.

”Bung Karno sejak dulu sudah memiliki kesadaran sejarah dan kesadaran budaya bahwa kekayaan rempah Indonesia bisa menghasilkan kekayaan kuliner yang sangat beragam,” katanya. 

Baca juga: Refleksi 65 Tahun KAA, 33 Delegasi Peserta BBHC Ziarah ke Bung Karno

Dari sektor kuliner ini, lanjutnya, kemudian sangat dahsyat menggerakkan ekonomi lokal. “Menumbuhkan sentra ekonomi lewat warung, depot, rumah makan, restoran, kafe, warung kopi, lapo, dan sebagainya.”

Sebelumnya, pada Rabu siang, Hasto menyempatkan menjajal sejumlah kuliner lokal di sela-sela agenda konsolidasi partai di Kota Surabaya. 

Ia pun mampir di Viaduct by Gubeng, sebuah kafe dan barbershop yang digerakkan oleh warga kurang mampu binaan Pemkot Surabaya, yang kerap disebut sebagai Rumah Padat Karya (RBK). 

Di sana, Hasto menyesap jahe hangat dan menikmati beragam jajanan tradisional, seperti pecel semanggi khas Surabaya. 

Pecel semanggi diolah dari daun tanaman semanggi yang dikukus, dipadukan dengan sambal, beragam sayuran lain, kerupuk puli dari beras, serta bumbu berbasis ketela.

“Rasa pecel semanggi memang khas. Tidak ada di daerah lain. Enak sekali. Ini bukti betapa kayanya kuliner Nusantara. Beberapa kali ke Surabaya saya sudah menjajal rujak cingur, rawon, pecel semanggi, tahu campur kalasan, hingga bebek goreng,” tuntasnya.