Kisah Inspiratif Pengusaha Konveksi Tulungagung, Pasarkan Produk dari Solo hingga Luar Pulau
- Madchan Jazuli/Viva Jatim
Tulungagung, VIVA Jatim – Kelurahan Sembung Kecamatan/Kabupaten Tulungagung menjadi salah satu sentra konveksi sedari puluhan tahun silam. Adalah Andrianto Muhammad yang sudah puluhan tahun berkecimpung di dunia konveksi.
Ikut andil memasok kain hingga barang jadi ke beberapa wilayah mulai Solo Jawa Tengah hingga luar pulau. Andrianto mengungkapkan awal mula kegiatan usaha ini dari lingkungan keluarga. Pertama kakak kandung dan juga orang tuanya juga berwiraswasta.
Selain ditunjang tempat ia dilahirkan dan dibesarkan menjadi sentra konveksi, ada kemauan yang besar untuk belajar. Di Kelurahan Sembung, orang-orang menggeluti konveski, dahulu memproduksi di sini wirausaha tali sumbu kompor, produksi tenun, hingga batik.
"Lalu ganti sawal, guling, sprei tahun 1980an. Setelah 1980an ke atas itu ganti bulan produksi androk. Selanjutnya ganti lagi ke fashion dan busana muslim tahun 1990an sampai sekarang," terang Andrianto Muhammad, Rabu, 31 Januari 2023.
Pria kelahiran 1972 ini mengugkapkan awal-awal masih kecil membantu kedua orang tua dalam produksi konveksi. Sehingga sudah tidak asing lagi saat mengerjakan obras, merapikan benang, hingga packing pakaian yang sudah jadi untuk pengiriman.
Lalu, ia melanjutkan pada tahun 1990an, sudah lulus Sekolah Menengah Atas sudah diajak kakak untuk belajar marketing sampai ke luar pulau hingga Pulau Bali. Setelah menggeluti marketing, akhirnya mempunyai pelanggan dan mengetahui apa permintaan pelanggan dengan menyesuaikan selera.
"Akhirnya kita coba produksi sendiri. Kalau di marketing itu tahu bagaimana permintaan selera pasar. Bismillah setelah nikah belajar untuk mandiri, belajar pelan-pelan kita ikuti irama pasar," bebernya.
Ia menambahkan dalam produksi baju, rata-rata jika permintaan normal dalam satu tahun bisa menghasilkan 100.00 pcs. Biasanya permintaan pasar naik atau tinggi saat menjelang puasa, karena Indonesia ada tradisi lebaran itu ya baju baru dan sebagainya di bulan puasa bajunya naik.
"Pasar kita nasional, tapi lewatnya grosir-grosir di kota-kota misalkan Surabaya, luar pulau, Solo, Malang dan daerah timur tapal kuda, Jember. Sisanya online," ujarnya.
Andrianto menuturkan kelebihan konveksi yang ia kelola ini terletak dari harga bisa bersaing. Karena bisa memproduksi sendiri bisa lebih terjangkau, di samping itu update model bahan mengikuti permintaan pasar terkini.
Di sisi lain, ia yang dibantu 30 karyawannya ini juga mengalami tantangan. Yaitu saat ini dengan perkembangan teknologi semakin cepat dan maju membuat persaingan semakin terbuka dan semua memiliki peluang bisnis yang sama.
Artinya, menurut pria yang dulu pernah hobi bermain trail ini gesekan kompetitor semakin tinggi. Jika tidak bisa disikapi maupun memiliki inovasi dibanding lainnya akan bisa terdisrupsi oleh zaman. Salah satu contohnya, tiba-tiba pelanggan hilang tanpa disadari akan merosot dari jumlah penjualan.
"Tantangan online karena terbuka dengan harga bersaing ketat, malah harganya tidak logis, jadi penguatannya branding kelangsungannya bisa," ulasnya.
Andrianto yang juga kader Nahdlatul Ulama yang sempat aktif di Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Tulungagung ini memiliki semangat dalam berwirausaha adalah manusia merupakan makhluk lemah. Semua bertujuan menuju kepada Sang Pencipta Allah swt. Sehingga apapun usaha yang dijalankan hanya sebagai jalan dhohiriyah.
"Bahwa kita milikNya, kita itu tidak ada diadakan, kita harus menuju kepadaNya. Kalau kembali pasti, dalam hidup itu tujuannya Allah. Bahwa kita dengan profesi apapun ya itu bentuk ikhtiarnya saja," tandasnya.