Memetik Pelajaran Penting tentang 4 Larangan saat Hari Raya Nyepi

Upacara Hari Raya Nyepi di Bali
Sumber :
  • Istimewa

Surabaya, VIVA JatimUmat Hindu di seluruh dunia, utamanya di Indonesia kini tengah merayakan Hari Raya Nyepi. Sebuah perayaan sakral yang menjadi Tahun Baru Saka bagi umat Hindu. Tentu saja, hari istimewa bagi umat Hindu ini menyimpan makna filosofis dan spiritual yang mendalam. 

Beredar Narasi Larangan Penggunaan Pengeras Suara di Masjid, Kemenag Sebut Itu Tidak Benar

Hari Raya Nyepi dirayakan setiap tahun sehari setelah tilem kesanga, yakni tanggal 1 sasih Kedasa. Nyepi tidak hanya merayakan pergantian tahun Saka, tetapi juga mengajarkan tentang kesucian, introspeksi, dan hubungan harmonis antara manusia dengan alam semesta.

Makna mendalam Hari Raya Nyepi tercermin dalam prinsip Catur Brata Penyepian, empat aturan suci yang mengarahkan umat Hindu dalam menjalani momen ini. 

Pawai Ogoh-Ogoh, Cara Pemkot Surabaya Sambut Hari Raya Nyepi bersama Ribuan Umat Hindu

Berikut aturan yang harus diperhatikan pada saat merayakan Hari Raya Nyepi, serta pelajaran penting yang bisa dipetik. Dikutip dari VIVA, Senin, 11 Maret 2024.

1. Amati Geni

Puluhan Umat Hindu Tulungagung Rayakan Hari Raya Galungan

Brata pertama adalah Amati Geni, yang mengandung larangan menyalakan api, listrik, atau cahaya pada hari itu. Ini bukan sekadar pantangan teknologi, melainkan sebuah simbol kesucian dan usaha untuk meredam sifat amarah.

2. Amati Lelanguan

Brata kedua adalah Amati Lelanguan, melarang perilaku berfoya-foya atau bersenang-senang secara berlebihan. Dalam momen refleksi ini, umat Hindu diajak untuk fokus pada introspeksi diri dan mendekatkan diri kepada Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan yang Maha Esa.

3. Amati Lelungan

Amati Lelungan merupakan brata ketiga, memerintahkan untuk tidak bepergian dan lebih memilih untuk berdiam di dalam rumah. Ini bukan sekadar keterbatasan fisik, melainkan dorongan untuk menemukan ketenangan batin dan keharmonisan dengan diri sendiri.

4. Amati Karya

Brata terakhir, Amati Karya, menjadikan Hari Raya Nyepi sebagai waktu di mana umat Hindu dilarang melakukan aktivitas atau bekerja selama 24 jam. Ini adalah momen eksklusif untuk kontemplasi, berdoa, dan meresapi makna kehidupan, menjauhkan diri dari hiruk-pikuk rutinitas sehari-hari.

Dalam menjalani Catur Brata Penyepian, umat Hindu membangun suasana sepi yang menyucikan Bhuana Alit (alam manusia) dan Bhuana Agung (alam semesta). Kesunyian ini membuka ruang untuk meresapi nilai-nilai spiritual, meningkatkan kualitas hidup, dan menciptakan kedamaian batin.

Perayaan Hari Raya Nyepi di Bali dengan serangkaian upacara dan ritual seperti Melasti, Tawur Agung Kesanga, Pengerupukan, Nyepi, hingga Ngembak Geni, menjadi bukti kesungguhan dalam menjaga keharmonisan antara manusia dan alam semesta.

Artikel ini telah tayang di VIVA.co.id dengan judul Makna Mendalam di Balik Perayaan Hari Raya Nyepi