Dipecat Kak Pem

Editor VIVA Jatim Almarhum Syaifullah Ibnu Nawawi (tengah).
Sumber :
  • Istimewa

Ketika penampilan saya semrawut dan tak rapi, Kak Pem tanpa diminta membelikan saya parfum dan sabun cair. Tak perlu gaul, kata dia, yang penting bersih dan wangi di dekat orang-orang saat mengobrol. Ketika otewe ke Surabaya (biasanya Kak Pem ke Surabaya seminggu sebelum deadline Aula atau ada rapat redaksi), Kak Pem datang dengan membawa nasi bungkus daun buat kami di kantor, yang ia beli seturun dari bus di PLN Medaeng.

Pesan Penting Gus Yahya di Kick Off Harlah ke-102 NU

Soal pekerjaan, Kak Pem sosok yang bertanggung jawab dan tekun. Pagi setelah Subuh, Kak Pem biasanya sudah duduk di depan laptop menulis 1-3 berita untuk NU Online Jatim, jaga-jaga editor pagi bangun kesiangan sehingga konten tak kosong lama. Agak siang ia ngopi atau silaturrahim. Sehabis Zuhur sampai sore ia kembali duduk di depan laptop. Bila tak rapat online, ya, mengedit berita. Malam sehabis Isya atau sebelum tidur, Kak Pem mengetik lagi.

Suatu waktu saya pernah menegur Kak Pem agar mengurangi menulis. Toh posisinya sudah pemred dan tugas-tugas mengisi konten sudah ada kontributor dan editor. Saya berpikir, kelamaan duduk juga bisa jadi penyebab datangnya penyakit, apalagi usia sudah mulai beranjak tua.

Mengenal Asta Cita Center, Lembaga Baru GP Ansor Wujudkan Indonesia Emas 2045

Tapi Kak Pem tetap menulis dan menulis. Kebiasaannya duduk di depan laptop tak berkurang. Bahkan, saat dalam perjalanan, di bus atau mobil, ia kerap membuka laptop untuk menulis berita ke-NU-an dan ke-Islam-an buat media-media NU yang ia kelola. Ia seakan tak bisa lepas dari dunia kata-kata.

Jurnalis NU Syaifullah mengisi pelatihan jurnalistik di NASA Sumenep.

Photo :
  • Facebook Kiai A Dardiri Zubairi.
Sosok Teladan Sang Pendiri NU Kiai Bisri: Teguh dalam Prinsip dan Bersikap Tegas

Kak Pem juga ahli silaturrahim. Ia punya kebiasaan keliling kabupaten/kota di Jawa Timur hanya untuk menyambangi kontributor NU Online Jatim di daerah-daerah. Tiap bulan ia gilir seakan sudah terjadwal. Tak lupa ia menyiapkan buku sebagai oleh-oleh. Karena itu semangat kontributor NU Online Jatim di daerah tetap terjaga. Semua itu Kak Pem jalani dengan duit pribadi. Tidak ada uang operasional dari kantor.

Setiap menyambangi kontributor di daerah, Kak Pem biasanya menyempatkan diri berkunjung ke sahabat-sahabatnya semasa kuliah, di pondok, atau siapa pun yang ia kenal. Kak Pem tak pernah melihat latar belakang orang yang ia silaturrahimi. Yunior pun itu. Bagi Kak Pem, siapa pun bisa dijadikan tempat untuk belajar. Dari mereka ia mengikuti perkembangan dalam segala hal.

Halaman Selanjutnya
img_title