Syaipul Bahri, Manfaatkan Barang Bekas Jadi Alat Musik Berkelas
- Dokumentasi Syaipul Bahri
Riau, VIVA Jatim –Barang rongsongkan yang dianggap tidak bermanfaat sama sekali oleh banyak orang ternyata menjadi hal yang bernilai bagi sebagian orang, salah satunya Syaipul Bahri.
Ipul, sapaan akrabnya, adalah pegawai honorer di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 005 Tanjungbatu, Kundur, Kepulauan Riau sebagai staf tata usaha.
Pria kelahiran Dabit Sidomulyo 30 Juli 1991 yang akrab disapa Ipul ini memang menggemari seni sejak sekolah.
Saat itu hatinya gelisah kala melihat barang-barang bekas disekitarnya tidak dimanfaatkan. Disisi lain, keprihatinannya terhadap anak muda di desanya yang gemar bermain motor yang menganggu ketenangan warga juga menjad faktor Ipul untuk berpikir keras mencari jalan keluar.
Berawal dari keprihatinan akan rasa tidak nyaman melihat anak muda di desanya yang banyak melakukan aktivitas yang tidak ada manfaatnya, Ipul kemudian berpikir untuk mengalihkan kegiatan anak muda di desanya dengan sesuatu yang menyenangkan tanpa mengganggu ketenangan warga.
Saat itu ia terlintas ide mengajak anak muda tersebut untuk belajar bermain alat musik bersama, seperti kemampuan yang dimilikinya.
Dalam perjalanannya, Ipul tentu banyak menghadapi hambatan dan rintangan. Mereka lebih senang melakukan aksi balap liar yang meresahkan dan mengancam keselamatan dirinya sendiri.
Kendati demiian, Ipul tetap konsisten dalam mengajak dan mengajar, akhirnya lama kelamaan mulai berdatangan anak muda yang mau belajar alat musik dan meninggalkan balapan liar. Semangat juang yang tak pernah surut inilah yang membuat Ipul bisa menjadi inspirator.
Setelah ada beberapa anak muda yang tertarik untuk memainkan dan membunyikan alat musik, masalah alat musik yang akan digunakan menjadi salah satu PR bagi Ipul.
Syaipul sempat mendapatkan momen yang tepat untuk menunjukan dan menyakinkan anak-anak muda tersebut bahwa mereka juga bisa membanggakan orang tuanya dan masyarakat dari pada harus balapan liar.
Momen emas itu datang ketika memperingati hari kemerdekaan dimana Syaipul Bahri berinisiatif untuk menampilkan pertunjukan musik bersama. Akan tetapi, pada saat itu ia hanya memiliki biola dan jimbe sehingga membutuhkan tambahan alat musik lagi agar bisa ditampilkan secara bersama.
Pucuk dicinta ulam pun tiba, akhirnya momen ini mendorong Syaipul mendatangi seorang tokoh agama yang dikenal sangat baik. Kedatangannya bermaksud untuk meminjam alat musik.
Bak gayung bersambut, kedatangan Syaipul disambut hangat dan beruntungnya ia mendapatkan alat musik saron dari tokoh agama tersebut yang dulunya dipakai untuk pementasan kuda lumping. Dan sekarang dimanfaatkan Syaipul untuk melakukan pementasan seni.
Dari Barang Bekas Menjadi Alat Musik Berkelas
Alat musik tersebut tentu belum bisa memeriahkan acara, Ipul lantas memutar otak dengan memanfaatkan barang-barang bekas yang bisa menghasilkan suara.
Kemudian, Ipul mengimbau untuk membawa drum plastik, kaleng bekas cat, galon, dan barang tidak terpakai lainnya. Perjuangan melelahkan tersebut kemudian membuahkan hasil yang baik.
Dari usahanya, banyak pemuda yang tertarik untuk bergabung bersama Ipul. Kini pemuda di desanya sudah meninggalkan kebiasaan buruk balap liar dan beralih menjadi pemusik hingga tidak disadari anggotanya mencapai 200 orang.
Dari sini kemudian Ipul dengan berbagai dukungan sekelilingnya membentuk grup perkusi dimana alat musiknya memanfaatkan barang rongsokan. Grup musiknya ia beri nama Poyo Harmony.
Penduduk desa setempat sering kali mengundang Poyo Harmony untuk tampil dalam beragam kegiatan. Inisiasi Syaipul Bahri patut mendapatkan aspresiasi setinggi-tingginya. Dibalik keterbatasannya ia mampu memberikan pengaruh positif terhadap lingkungannya.