Kiprah Novia Ani Susilowati dan Sahabat Cempluk Menginspirasi Anak Penderita Lupus
- Istimewa
Sragen, VIVA Jatim –Novia Ani Susilowati telah mengukir prestasi luar biasa dalam upayanya mengedukasi masyarakat tentang penyakit Lupus. Bersama dengan komunitas "Sahabat Cempluk," Novia secara aktif memberikan pendidikan dan dukungan, terutama kepada anak-anak dan remaja yang menderita Lupus.
Dedikasi Novia dalam perjuangan melawan Lupus mencerminkan tekad dan semangatnya untuk memberikan kontribusi bermakna bagi mereka yang terdampak oleh penyakit ini.
Melalui perjalanan panjangnya, Novia telah menjadi sosok yang dihormati dan diapresiasi di kalangan komunitas medis dan pendidikan di Indonesia. Upayanya tidak hanya meningkatkan pemahaman masyarakat tentang Lupus, tetapi juga memberikan dukungan emosional bagi para penderita, sehingga mereka merasa tidak sendiri dalam perjuangan mereka.
Atas kiprahnya dalam edukasi kesehatan, khususnya bagi anak-anak dan remaja penderita Lupus, Novia Ani Susilowati menerima apresiasi dari #SATU Indonesia Awards (SIA) PT Astra International tbk pada tahun 2021.
#SATU Indonesia Awards adalah apresiasi dari PT Astra bagi anak bangsa yang berkontribusi dalam mendukung terciptanya kehidupan berkelanjutan melalui lima bidang utama: Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi. Selain itu, terdapat satu kategori kelompok yang mewakili kelima bidang tersebut.
Aktivitas Sahabat Cempluk
Sahabat Cempluk adalah komunitas yang memberikan pendampingan bagi pasien autoimun Lupus, khususnya anak-anak, remaja, dan perempuan dewasa muda. Tiga fokus utama komunitas ini adalah edukasi, pendampingan, dan penggalangan dana untuk membantu para pasien.
Salah satu kegiatan utama komunitas ini adalah Cempluk Goes to School, yang telah dilaksanakan di enam sekolah yang memiliki siswa penderita Lupus (Odapus). Program ini bertujuan untuk mengedukasi siswa dan guru mengenai Lupus serta membangun sistem dukungan (support system) di sekolah agar pasien Lupus tidak merasa terisolasi atau kehilangan motivasi untuk bersekolah.
“Kami menyebut kegiatan ini Cempluk Goes to School sebagai upaya membentuk sistem dukungan bagi pasien Lupus agar mereka tetap semangat dalam bersekolah,” ujar Novia Ani Susilowati, pendiri Sahabat Cempluk.
Novia, perempuan kelahiran Sragen pada 5 November 1998, menjelaskan bahwa dalam program edukasi ini, beragam aktivitas dilakukan. Di antaranya, pemaparan tentang Lupus yang disampaikan langsung oleh dokter spesialis Alergi dan Imunologi, serta sesi berbagi pengalaman dari anggota Sahabat Cempluk yang juga seorang Odapus. Mereka berbagi cerita tentang perjuangan mereka menghadapi Lupus dan menjalani kehidupan sehari-hari.
Program ini juga menayangkan video edukasi tentang Lupus yang dibuat oleh Sahabat Cempluk. Video animasi yang menarik dan informatif ini disajikan agar mudah dipahami, terutama oleh anak-anak. Selain itu, ada permainan edukatif interaktif berupa game board berwarna-warni yang dirancang khusus oleh Sahabat Cempluk. Kartu permainan ini membantu peserta mendeteksi gejala awal Lupus secara sederhana.
Kegiatan ini juga mencakup kuis tanya jawab untuk teman sekelas Odapus serta permainan yang mensimulasikan kondisi fisik penderita Lupus, agar teman-teman sekelas dapat merasakan apa yang dialami Odapus. Di akhir program, poster edukasi tentang gejala dan tantangan pasien Lupus dipasang di sekolah agar informasi ini dapat diakses oleh seluruh warga sekolah.
Karakter Cempluk—tokoh anak yang ceria dan penuh semangat—diperkenalkan sebagai pendamping simbolis bagi pasien Lupus, mengajak mereka untuk tetap percaya diri, aktif, dan optimis dalam menjalani kegiatan sekolah.
Tujuan utama dari Cempluk Goes to School adalah memberikan pemahaman kepada warga sekolah tentang Lupus dan tantangan yang dihadapi oleh penderita penyakit ini. “Dengan mengetahui kondisi fisik dan psikis pasien Lupus, seperti ketidakhadiran yang sering karena perawatan berkepanjangan, diharapkan sekolah dapat lebih mendukung mereka,” jelas Novia.
Melalui program ini, Sahabat Cempluk berharap dapat membentuk sistem dukungan yang baik bagi pasien Lupus di sekolah, yang merupakan salah satu dari “jaring pengaman” mereka bersama keluarga, komunitas Sahabat Cempluk, masyarakat, dan tenaga medis. Sebagai tempat mereka menghabiskan waktu, sekolah menjadi wadah penting bagi para pasien untuk belajar dan bersosialisasi.
Namun, pelaksanaan program ini tidak selalu berjalan lancar. Terkadang sekolah tidak cukup kooperatif atau memiliki lingkungan fisik yang tidak mendukung, seperti bangunan bertingkat tanpa lift atau lokasi di perbukitan yang sulit diakses. Keterbatasan juga muncul dalam kegiatan sosialisasi daring, terutama karena koneksi internet yang tidak stabil, keterbatasan kuota, fasilitas gawai yang kurang memadai, atau lokasi sekolah yang terpencil sehingga sulit terjangkau internet.
Meski menghadapi berbagai tantangan, Novia dan komunitas Sahabat Cempluk tetap berusaha memberikan dukungan kepada para siswa penderita Lupus. “Kami melihat siswa-siswa ini menjadi lebih bersemangat dalam bersekolah. Mereka tidak lagi malu atau minder, sementara teman-teman dan guru juga lebih mengerti dan memahami kondisi mereka,” tutur Novia.